peta situs

Selasa, 31 Januari 2023

HANDPHONE MY DAER LOSE IN CLSSROOM






           kata pengatar         

Puji Syukur Panjatkan Kehadrirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan bertolongan-Nya, penulis                                                                membuat rinkasan ini, dengan baik.

               Kenyataan hidup berbicara kepada setip sudutb pandang konteks yang kita jalani hari demi hari. Maka penulis sebagi pelajar di sekolah Menengah Atas yang jeli melihat bahwa ada masalah handphone (HP) hilang di ruang kelas sehingga penulis meringkas bahwa handphone  hilang di kelas ini suatu realitas yang ada di depan mata kita. Ini ada menyikapi langsung. maka penulis akan meringkas dengan sudut pandang kehilangan handphone di ruang kelas di tengah siswa-siswi yang di lingkungan kita SMANSA.                 

 Jika kita menginkan sekolah dengan baik, mulai dari Anda, saya dan mereka! kita sekolah, karena demi masa depan kita bersama.                                                                                                                                                                                                                                            

 Tak lupa ucapan terima kasih kepada kakak yang selalu mendampingiku, dan juga wali kelas dan teman-temanku  yang tercinta.                                                                                                                               

penulis sebagai makhluk  manusia biasa siap terima koreksi, masukan,  saran itu menjadi pembelajaran, motivasi yang sangat mendorong penulis lebih kiat belajar lagi.

Terima kasih.

                                                                                                                                                                

 

                                                                                                                                                                  Jayapura,  20 Mei 2022

                                                                                                                Penulis:  Waniel Weth

Daftar Isi

Kata Pengantar ..…………………………………………………………………  i 

Daftar Isi ……………………………………………………………………… ..    ii

Judul ……………………………………………………………………………...  1

Latar Belakang ……………………………………………………………… …..   1

Tujuan …………………………………………………………………….............   2

A.                         Kenakalan Remaja  ...………………………………………………….............  2

B.                    Aspek Ketidaktahuan………………………………………………………… 2   

C.                    Takut Sekali Lapor Ke Kakak  ................................................................................... 3

D.                   Solusi  ………………………………………………………………………..  3- 4

E.                     Penutup   ……………………………………………………………… .. …..  4-5

 

 

 

 

 

 

 

 

KEHILANGAN HANDPHONE  DIRUANGAN  KELAS

Latar Belakang

Masalah pencurian Hanphone  (HP) dilingkungan kelas (classroom loset handphno)  di Sekolah SMA Negeri 1 Jayapura -PapuaTahun 2022.  Khususnya kelas  X  IPS 2  antarasiswa kelas x  lain yang datang makan,  minum dan smoking,  yang meraka itu ambil handhone ini,    seperti judul "kehilang Hanphone diruangan  kelas" yang diletakan pada sebuah meja bangku penulis yang ditinggalkan dibelakang ruangan kelas,  penulis yang   punya Handphone  lagi mencatat di depan ruang kelas sekitar pukul 10:20 WIT,  penulis tidak lihat teman kelas yang bersangkutan ambil Handphone di meja  bangku tulis. sangsi mata pun tidak ada, ketahuan juga tidak ada sama sekali, curiga sama demikian. karena teman-teman kelas permain dilapangan halaman lingkungan sekolah,  hanya  yang ada dikelas sekitar 10 teman-teman mereka juga focus belajar,  gemas online,  dan permain Tiktok,  penulis again focus  pada catat  tidak pikir untuk Handphone disana, setelah penulis  selesai catat  mapel  Ppkn  Bab 7  tentang "Wawasan  Nusantara Dalam Konteks Negara Kesatuan Republk Indonesia." walk see save  hanphone  a table  not  there is, Handphone it is table  and  notebook "  jalan lihat  sebuah meja  dimana daruh Handhpone  dan buku catat  hanya yang ada buku catat."  Buku pelajaran Handphone tidak ada. Berhenti nafas 2 detik,  buka mata lihat kiri kanan sambil berpikir HP kesayang.  Karena memang dikulit HP gambar cenderawsih dan wajahnya  di bagus  dilihat 0leh orang lain.   Hello teman-teman Handhoneku  hilang siapakah yang datang pencuri Handphoneku,  ada beberapa teman-teman yang merespont dengan semyum,  ada juga  yang berkata "aduh kenapa Handphone-Mu  hilang?"  Yang  ambil Handpphone  tidak kelihatan di kelas  X  IPS  2. Yang teman bersangkutan ambil/pencuri Handphone adalah  hidup  dengan hasil pencuri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan tidak rasa memiliki dengan  mencitai teman-teman lain. Tidak mengargai  hak punya harta teman sekelasnya.

 

 

Tujuan

1.                          Remaja yang bisa mendengar dengan baik

2.                          Mencintai seluruh kehidupan manusia dengan secara kritis

3.                          Menghormati guru dan teman-teman

4.                          Patut Segala Kasih dan Tagwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

5.                          Hak dan kewaji               ban yang punya harta kebutuhan  sehari-hari

6.                          pencuri Handphone  menjadi pelajaran secara pribadi

A.                      Kenakalan Remaja

                   Remaja adalah mencoba segala sesuatu dengan keingin  akal yang akan  ia miliki lakukan dengan hekendak ciri fisik dan emosional dikuasai oleh seorang remaja. Remaja sebagai masa transisisi  perubahan atau peralihan dari anak-anak ke dewasa yang meliputi perubahan  biologis, perubahan psiologis, dan perubahan sosial. kenakalan Remaja merupakan semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat pelangggaran stastus , maupun pelanggaran terharap hukuman pidana. sebagai orang tua harus tahu masalah yang umum terjadi pada remaja seperti gangguan makan,  stress  dan depresi, masalah fisik atau penampilan, Bullying and Cyberbullying, kecanduan Gawai, merokok, minuman keras dan obat terlarang,  dan obesitas lainnya.  

            Kita dibandingkan dengan kenakalan Remaja Jaman sekarang

                      Kenakalan Remaja Jaman Sekarang adalah semua remaja yang terpenagaruh dengan perkembangan teknologi industry 4.0,  pada  khususnya remaja papua semkin tidak lama  sudah tambil di media social baik melalui Tiktok, Instagram,  You Tube, Fecebook,  dan WhatsApp lainnya.

 

 

B.                       Aspek Ketidaktahuan

                   Anak yang  telah pencuri handphone adalah tidak tahu tentang zaman reformasi demi era globalisai  4.0 yang mana orang  mau mengases/ mengkerjakan sesuatu harus lihat ke handphone androoidnya untuk melengkapi kebutuhan setaip orang,  yang akan rmenentukan dengan new  information   about  in Whatsapp, Email,  Telegram, Istegram, and Fecebook dan juga Google World/ So Education World. Untuk melengkapi kebutuhan seseorang dan secara khusus anak-anak sekolah,  setiap guru-guru berikan tugas kepada muridnya untuk menguji cobalah,  muruid  tersebut   hanya diharapakan pada Google/You Tube  untuk kerja tugas tersebut. Dengan  itu,  penulis sebagai pelajar begitu handphone hilang susah kerja tugas dan ada beberapa tugas tidak kerja. 

C.                       Takut Sekali Lapor Ke Kakak

                  Setelah handphone hilang di sekolah/ruang kelas,  penulis pulang ke rumah dengan takut sama kakakku yang selalu mendampingi  setiap waktu/hari.   kakak handphone hilang dari sekolah tetapi ade pulang ini,  iya adik…. yang hanya lebih susah Niel sendiri, bagaimana merespont  wali  kelas sama teman-temanmu  di sekolah. Tidak ada  respon dari mereka. Kakaku begitu dengar langsung chat di Grup kelas untuk cara bagaimana dari wali kelas dan gteman-teman untuk mencari handphone besoknya tetapi tidak menemukan maka, wali kelas ada pendapat bahwa kita kumpul uang untuk waniel beli baru. Kebetulan wali kelas dan teman-temanku mereka kumpulkan uang sebanyak RP 250.000,  untuk beli handphone baru. Puji Tuhan wali kelasku dan  teman-temanKu baik sekali sehingga waniel beli handphone  (HP)  pegas untuk lihat informasi.  

D.     Secara Pribadi Kehilangan Akal  

                     Pada saat handphone hilang /pencuri, penulis butuh informasi dari Grup kelas sekolah,  banyak bergabung di organisasi, bimbingan Olimpiade Sains Nasional Tingkat Kota (OSN-K)  Informatika  Komputer Tahun 2022,  Kursus bahasa inggris, informasi dari organisasi sekolah, diluar sekolah, dan aplikasi Ruangguru. Penulis sendiri rasahnya ketinggalan jaman dan berubah menjadi seorang pelajar "awam" susah mengasesE informasi/ susah beraktivitas dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.     

               

E.     Solulisi

1.                          Pinjamkan handphone  kakanya  untuk lihat informasi dari sekolah

2.                          Sumbangkan dar teman-teman sekelas dan wali kelas  Rp 250.000,00 untuk beli handphone baru

3.                          Mendekati teman untuk kerja tugas online yang akan kirim  ke guru-guru mapel melalui email, classroom,  dan whatsapp.

4.                          Berusaha tabungkan uang  100-200 ribu, untuk beli handphone  baru  di tahun 2003.

F.                        Penutup

a.  Kesimpulan

  Inilah sebagai pelajaran/pengalaman untuk ke depan akan diceritakan/Shareng ke siapa saja.  Dilingkungan kehidupan tempat tinggalku,  jangan pernah memikirkan harta orang lain tapi kita harus belajar dari mereka yang mempunyai kekayaan mereka, secara terbuka meminta sesuatu tidak boleh melakukan dengan keinginan yang terjadi pada saat itu,  "harus sadar diri"  untuk supaya kita lakukan dengan dampak positif.

b. Saran

1.        Kemanapun harus pegang handphone karena dengan handphone akan membantu kita lihat informasi/ bisa komunikasi ke teman siapa saja, Jangan tinggalkan handphone pasti orang lain bisa ambil/pencuri secara tidak sadar, yang sama  seperti judul ringkasan

Sebagai siswa harus mengerti dan saling menghargai/mencintai antarateman. supaya teman  punya handphone untuk membantu aktivitas sehari-hari

2.              Sebagai Siswa Patut/bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

3.              Jangan mencuri teman-teman punya harta seperti  handphone, alat tulis,  buku catatan,  dan buku pelajaran,  walaupun sudah kebiasaan ambil orang lain punya  harta/barang. 

4.        Kita sebagai siswa-siswi  wajib melakukan setiap saat,  yaitu Sopan, Santun, Sapa, Senyum, dan Salam (5S). Yang paling penting adalahr Rasa Soledaritas  antara teman, guru  maupun orangtua.  

 

 

 

 

NANIN HANADI

 

        


Nanin hanati  aeh sak tao wamlak dade thambala daane do sunak pubuh dane puro maro wamlak, eldi vene maboap di wamang, nanin wae kal  uk aneok etne tiok weparelamnuam kengtoh an mabora hin momeak biekbah, o huru wamluam deh senelamna, naio hurubah sehon, wenena eltaok ti Napa untoh ulanumna  nanin hanati momeak elemhi tobe yaluam. nanin malia orp antah puruanunmna lokah wanggeho kom nanme. akumbah muktano kelaboak puldolpilum bah untoh ulamnuamna senenlamna!  nanin wamluam nan mamne lemti iknohon jeng henelakganiun, nanin inti maliak manggaro dimbanilum, mali dalong nga ulamlumti enggokah dimbanilum hanadi . name mome varoletmenti yalaum, kel sempaham kom momeanek juh sembaham di senetaksom di waluam khwildi anek sempabaham kom nayahiandana mome antak yahi senetok wamnep, nimi obat siak, kelabodantai varop-varo unumanag maneti, hinga iko-ikom anuamang seksembalong koma, yao nanin ampat nelambokna weneamnakbok miniandadtina huro selong koma, pilamne bok ne ti mome antak lelemnuamna kain hanadi. na. nanin nongnimi andati lelamna i..ya nanin. huroba enepkom ti untoh pulamnuamna eh. wene sen bok nanin sik leplahkom senetop kom maboh ti wenelamsin, naiyabo na weneamsibok selongga anehembe lelamna namaboh, nari sop-so[ ambat sinun kom akumbabe nubahom ak daneak, bok na nanin mali kel mangkahi siti lelamna namabo, ak kunibh naro opsikom el mo malidaok bok sikimbabe kela-kabunia eldi obah deok alammang na babe  huroban senep kom di jaliloboka un do ulamnuamna el babe thomas bah omnelong ak ka wao bah im no ti meneng mentah diok omlelong ak ka wal sembano ti eng gano. untoh bilamlulom nabo nabe  lobangge neap wamnu amnam, el namabo wae anehonokna wenena pesa bok hurubah senepkomdi wero delamnumna.  name waniel mali danuamsiti manggalop kihi bok dano bililum danenah. pilamluam ti mome iliginakneak lepluam name. nanin wali sempan, yao name. name kelah salelop lah, mome ah varo lepyul kom samb'ayong bana mome varo pintah lepluam, na sik nanin kelaboah sal banoh ti. nari dane,  nai bahri ulobok kati ano ti salelamipino bok weneseong bah jeng sempano. dina nanin weneseongbok mome pinta lelamu amna kain o el kain an honok varo wamluam.

Minggu, 29 Januari 2023

Apa Itu Filsafat

                                           


Images student STFT Izaak Samuel kijne Abepura-Papua tahun 2023


FILSAFAT


NAMA:YULIUS YANGALIP

NIM:143003772012212144

KELAS: (D)

PRODI: ILMU TEOLOGI

DISUSN OEH YULIUS YANGALIP.

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI GKI

IZAAK SAMUEL KIJNE

 JAYAPURA

2022

 Filsafat Umum Berbicara tentang filsafat umum tidak terlepas dari pikiran pokok atau gagasan suatu wacana.1 Perkara umum adalah pintu masuk sebelum menuju ke pintu yang lebih khusus terlepas apapun itu bidangnya. Ibarat dokter umum dan spesialis, keduanya berbeda, namun memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Secara kualitas, dokter umum mengetahui pengobatan dasar dari banyak penyakit. Sementara dokter spesialis mengetahui lebih mendalam pengobatan dari bidang tertentu saja. Seseorang yang ingin memasuki wilayah khusus dalam bidang ilmu, standarisasinya harus melalui bidang umumnya terlebih dahulu. Begitu juga dengan filsafat, berbicara filsafat umum berarti membahas banyak tema tentang filsafat secara mendasar.2 Hal tersebut dianggap ideal agar studi filsafat mudah diterima dan dicerna secara bertahap. Jika dikaitkan dengan ilmu matematika, sebelum memasuki tahap yang lebih ekstrim, seorang pelajar dituntut untuk memahami matematika dasar. Bahkan sebelum memahami matematika dasar itu sendiri, seorang individu dituntut memahami perhitungan dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Tanpa memahami alat hitung tersebut, maka mustahil ilmu matematika yang lebih rumit dapat dikuasai dan dipahami. Jika dikaitkan dengan filsafat, sebelum seseorang menyentuh wacana tersebut maka mereka juga harus memiliki alat hitung sebagaimana matematika di atas. Jika dalam matematika membutuhkan penjumlahan dan sejenisnya, dalam filsafat seseorang harus memiliki sifat; objektif, rasional, toleransi berfikir, multi perspektif, dan terhindar dari sifat truth claim.3 Apabila seorang pelajar memiliki kelima unsur tersebut maka Ia akan lebih mudah memahami esensi filsafat yang lebih dalam dan luas. Namun apabila unsur tersebut tidak dipenuhi, maka yang akan muncul ke permukaan adalah sikap mengkafirkan, ghibah, dan unsur kebencian yang subjektif.

 Pengertian Filsafat Menurut bahasa, Filsafat (bila merujuk pada bahasa Arab disebut falsafah, sedangkan pada bahasa Inggris disebut philosophy) bersumber dari bahasa Yunani. Adapun kata ini terdiri dari dua kata yaitu ‘philein’ yang bermakna cinta (love) dan ‘sophia’ yang memiliki arti kebijaksanaan (wisdom). Jadi, secara etimologi, filsafat dapat didefenisikan sebagai cinta kebijaksanaan dalam arti yang mendalam. Sorang filsuf pecinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan (kebenaran).

a. 4 Kemudian dalam proses perkembangannya filsafat sangat tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pengetahuan pada masa peradaban kuno (masa Yunani) sehingga sangat banyak bahkan hampir seluruh perkembangan ilmu pengetahuan itu berhubungan dengan Yunani, contohnya saja seperti banyak kata-kata istilah atau dasar pengetahuan yang memakai bahas Yunani begitu juga dalam hal filsafat, bahkah filsuf pertama yang diyakini berada di Yunani.

b. 5 Penyebutan filsafat awalnya dipopulerkan oleh Pythagoras yang hidup antara tahun 582- 496 SM. Belakangan istilah filsafat digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf lainnya.6 Pada konteks ini lagi-lagi mengindikasikan bahwa filsafat memang bersumber dari Yunani sebagaimana pencetus istilaah tersebut (Pythagoras) yang lahir di Kota Samos, Yunani. Secara etimologis kata filsafah memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Ada dua defenisi secara etimologis yang berbeda. Pertama, bila istilah filsafah mengacu pada dasar kata ‘philein’ dan ‘sophos’, maknanya hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana yang dimaksudkan merupakan sebagai suatu kata sifat). Kedua, bila filsafat merujuk pada asal kata ‘philos’ dan ‘sopia’, maka artinya menjadi teman kebijaksanaan (adapun kebijaksanaan disini dimaksudkan sebagai suatu kata benda).7 Sederhananya, bijaksana sebagai kata sifat berarti menunjukkan pada karakter seseorang yang bersifat bijaksana. Bijaksana sebagai kata benda lebih condong kepada oknumnya yang mana secara kasap mata terlihat sebagai sosok manusia yang bijak. Secara terminologi merupakan makna yang dikandung oleh istilah filsafat. Berhubung objek kajian filsafat begitu luas. Sebagai deskripsi maka perlu dikerucutkan beberapa batasan. Lebih mudahnya, coba dipahami filsafat itu dalam pandangan para filsuf itu sendiri.8 Definisi filsafat itu sangat variatif. Meskipun begitu, pada dasarnya memiliki tujuan yang identik. Dalam perkembangannya, filsafat satu dengan filsafat yang lainnya memiliki cara pandang yang berbeda-beda, dan itu mempengaruhi definisi filsafat itu sendiri. Aristoteles mengatakan bahwa filsafah merupakan ilmu yang memuat kebenaran yang terdapat pada ilmu-ilmu, logika, metafisika, etika, ekonomi, estetika, dan politik. Marcus Tullius Cicero sebagai seorang ahli pidato dan politikus romawi, menjelaskan filsafat sebagai penmgetahuan mengenai sesuatu yang maha agung sertaupaya untuk mencapainya. Al-Farabi sebagai seorang filsuf muslim menjelaskan bahwa filsafat merupakan ilmu pengetahuan mengenai alam maujud yang bertujuan menyelidiki substansi yang tertinggi.

sebanarnya. Immunuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan.9 Menurut Langeveld, selaku guru besar RijksUniversitiet Utrecht berpendapat bahwa filsafat merupakan suatu ilmu yang berpikir tentang hakikat yang akhir dan yang menentukan, yaitu problema yang membahas makna eksistensi, Tuhan, kebebasan, dan keabadian. Sedangkan Hasbullah Bakry berpendapat bahwa ilmu filsafat merupakan ilmu yang mengeksplrasi segala sesuatu secara mendalam terkait ke-Tuhanan, manusia, dan alam. Selanjutnya filsafat dapat menghasilkan pengetahuan terkait bagaimana inti dari kebenran, sejauh yang dapat dicapai akal manusia serta bagaimana sika pmanusia menykapinua khususnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.10 Lain halnya menurut N. Driyarkara. Filsuf berdarah Indonesia ini menilai bahwa filsafat merupakan perenungan yang dalam tentang hubungan kausalitas terkait ‘ada dan berbuat’, perenungan mengenai kenyataan (reality) yang mendalam sampai ke titik akhir. Berbeda dengan Notonagoro, ia berfikir bahwa filsafat itu mengkaji hal-hal yang titik objeknya dari sudut utama yang mutlak, mendasar, stabil, dan tidak berubah atau disebut juga ontologi (hakikat).11 Berdasarkan beragam defenisi di atas, maka dapat diambil benang merah bahwa filsafat adalah suatu ilmuan.

                 ilmu pemikiran yang mengkaji apa saja selama itu dapat difikirkan dengan berbagai metode dan pendekatan yang digunakan guna mencari suatu kebenaran yang objektif dan mendalam. Oknum yang menggeluti filsafat disebut filsuf atau phylosofer (barat), sedangkan dalam Islam, tokoh Filsafat Islam disebut sebagai filsuf.

b. Objek Kajian Filsafat Objek kajian filsafat amat luas, Ia membahas yang ada, yang mungkin ada, dan yang tiada. Artinya, filsafat membahas segalanya selama itu bisa difikirkan. Tidak heran mengapa segelintir oknum yang berpandangan miring terhadap filsafat, mengatakan bahwa studi ini adalah ‘mengecat langit’ sebab dimensinya sangat luas dan mendalam. Namun istilah cat langit hanyalah makna subjektif belaka, justru dimensi kritis filsafat yang tak berbatas membuatnya menjadi sosok pencari kebenaran yang hakiki. Senada sebagaimana yang dikatakan salah seorang filsuf; “Meragukan segalanya sampai sesuatu itu tidak diragukan lagi, maka itulah kebenaran.” Konsep di atas merupakan corak berfikir ‘skeptis’ yang bermakna ‘keraguan’. Sifat ragu-ragu pada umumnya dipandang buruk, hal tersebut dinilai sebagai bibit dari lahirnya rasa curiga dan buruk sangka. Meskipun begitu, teori ini sangat dibutuhkan dalam mencari kebenaran yang objektif. Sebagai contoh, seorang detektif selalu mencurigai semua saksi yang ada. Ia melakukan segala cara agar keraguannya terhadap saksi bisa hilang melalui berbagai alibi atau bukti yang tak terbantahkan. Karakter ini justru membuat seorang detektif menemukan titik terang dari siapa sebenarnya tersangka yang dicari.

Metafisika Berbicara metafisika merupakan salah satu objek kajian filsafat dalam dimensi ‘mungkin ada’. Hal tersebut erat dengan defenisi metafisika itu sendiri yang bermakna ‘tidak tampak’ secara kasap mata. Meskipun tidak tampak namun segelintir orang meyakini keberadaannya sebagai sesuatu yang eksist. Adapun contoh metafisika berupa siksa kubur, ruh, jin, saitan, sihir, dan masih banyak lagi. Filsafat yang juga dipahami sebagai studi kritis terkait segala sesuatu di alam ini memposisikan kedudukan metafisika sebagai dasar kajian yang begitu penting, bahkan Rene Descartes, selaku tokoh filsafat Barat modern mengungkapkan bahwa metafisika itu akar dari sebuah pohon ilmu pengetahuan (knowledge), pohonnya adalah fisika sementara dahan-dahannya merupakan cabang ilmu lainnya.12 Hal tersebut karena ada unsur dalam fisika itu sendiri yang tidak selalu tampak oleh pandangan mata. Gravitasi misalnya, tidak ada yang tahu apa warna dan bentuknya, namun keberadaannya sangat diakui dalam sains khususnya ketika Newton menemukan hukum gravitasi tersebut setelah terispirasi dari buah apel yang jatuh ke bawah. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang mengkaji persoalan mengenai keberadaan (being) atau suatu eksistensi (existence). Adapun yang dimaksud “yang ada” atau “being” adalah membahas segala

 sesuatu yang dian Mengenai yang ada itu dibedakan lagi menjadi tiga jenis. Pertama, ‘ada’ dalam kondisi objektif atau ‘ada’ dalam kenyataan, artinya dapat diketahui melalui tangkapan indra manusia. Kedua, ‘ada’ dalam fikiran (hayalan) atau ‘ada’ dalam imaginasi; ketiga, ada yang dipahami sebagai sesuatu yang mungkin ada, atau dugaan. Menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak ada tak harus selamanya fisik, ‘cinta’ misalnya. Sebuah perasaan yang mendalam terhadap seseorang yang tak bisa dilihat oleh mata. Meskipun yang dicinta jauh entah dimana, atau mungkin sudah tiada di dunia, perasaan tersebut tetap ‘ada’ bahkan terkadang bisa lebih jelas adanya (dalam fikiran) dibanding seseorang yang ada disampingnya secara fisik (nyata). Secara umum, persoalan-persoalan metafisis bisa diklasifikasikan ke dalam tiga varian, yaitu wilayah ontologi (metafisika umum). Sedangkan kosmologi, teologi, dan antropologi merupakan metafisika khusus. Persoalan Ontologi misalnya, apa yang dimaksud dengan keberadaan atau yang lebih populer disebut eksistensi. Fenomena kosmologis (alam), problema yang bertalian dengan penyelidikan asal-muasal, dinamika dan komponen alam, seperti jenis keseimbanganapa yang terdapat pada alam? Apakah dimensi (ruang dan waktu) itu? Dinamika persoalan antropologi (manusia) seperti, bagaimana relevansi antara badan dengan jiwa? Apakah manusia pada jakikatnya memiliki pilihan berkehendak atau tidak? Sementara dalam teologi biasanya mempersoalkan terkait eksistensi Tuhan terlepas dari kepercayaan akan Ontologi Ontologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji mengenai ‘hakikat’ sesuatu. Lengkapnya sebuah ilmu yang mencoba mengkaji tentang ‘keberadaan’ atau ‘eksistensi’ terlepas apakah itu dalam dimensi fisik maupun metafisik. Ontologi juga disebut sebagai cabaang ilmu yang berbicara tentang hakikat ilmu pengetahuan. Kalau dirunut lebih jauh, kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yakni ‘ontos’ (being), dan ‘logos’ (ilmu), maka Ontologi didefenisikan sebagai the theory of being qua being (teori mengenai keberadaan sebagai keberadaan).13 Ontologi adalah salah satu di antara lapangan eksplorasi kefilsafatan yang begitu kuno. Pijakan dasar dari pemikiran alam pikiran Yunani telah menunjukkan muncul pemikiran di bidang ontologi. Yang tertua adalah filsafat Yunani, yakni Thales atas pemikirannya terhadap air yang menjadi hakikat terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu. Jadi, secara garis besar, Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada. Ontologi mempelajari hakikat suatu keberadaan, misalnya hakikat akan sautu ilmu pengetahuan. Arti hakikat sangatlah luas, yaitu membahas segala yang ada dan mungkin ada. Hakikat adalah realitas atau kenyataan yang sebenarnya. Ontologi berusaha menjawab pertanyaan “apa itu ada?” menjawab pertanyaan mengenai peristiwa di jagat raya ini, apa dan mengapa bisa ada.14 Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi objek kajian ontologi adalah realitas yang ada. Ontologi mempunyai ciri-ciri khas yang terpenting, yakni: 1. Sesuatu yang ada (being), yang dibahas eksistensi suatu keilmuan 2. Realitas (reality), adalah fenomena yang didukung oleh berbagai data 3. Eksistensi (existence), yaitu keadaan suatu fenomena yang hakiki, yang secra hakiki terlihat maupun yang kasap mata. 4. Esensi (essence), merupakan pokok atau inti dari sebuah ilmu. 5. Substansi (substance), merupakan konteksasi filsafat yang membicarakan problem makna suatu ilmu khususnya bagi dimensi kehidupan manusia. 6. Perubahan (change), merupakan perumpamaan bahwa ilmu itu seperti zat cair yang mudah terbentuk sesuai kondisi dan keadaan. 7. Jamak (many) dan Tunggal (one), merupakan keadaan ilmu dan kejadian itu bisa berubah menjadi banyak jenis. Ontologi dipelajari khusus oleh individu yang hendak mengerti dengan hakiki tentang alam ini dan bermanfaat terhadap studi keilmuan empiris (seperti kajian sosiologi, antropologi fisika, dan lai

14 .sebagainya).15 Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan perspektif pokok pemikiran, sebagai berikut: Monoisme Adalah paham yang menilai bahwa hakikat bersumber dari seluruh realitas itu merupakan satu saja, dan tidak mungkin dua. Haruslah sebuah hakikat saja yang menjadi sumber permulaan, baik yang berupa materi maupun metafisik. Istilah monoisme dipopulerkan oleh Thomas Deavidson dengan sebutan dengan Block Universe.16 Konsep ini selanjutnya terbagi menjadi dua aliran, yaitu idealisme dan materialisme. Materialisme merupakan aliran yang menganggap bahwa semua sumber pada awalnya merupakan materi, bukan metafisik seperti rohani dan sejenisnya, yang ada dalam realitas adalah hanyalah materi, sementara identitas lainnya seperti ruh atau jiwa tidaklah sebuah kenyataan yang berdiri sendiri. Konsep aliran ini juga sering disebut sebagai naturalisme.Berbicara materialisme erat kaitannya dengan empirisme, yakni hanya meyakini suatu kebenaran yang dapat ditangkap oleh indra. Hal tersebut membuat seseorang hanya meyakini apa yang dia lihat dan dia rasakan, jika sesuatu tidak bisa dilihat dan dirasakan, maka itu dianggap tidak ada. Idealisme, aliran ini merupakan lawan dari materialisme, yakni aliran yang beranggapan bahwa substansi kenyataan yang bervariasi itu semua bersumber dari ruh (sukma), adalah sesuatu yang tidak memiliki bentuk dan menempati dimensi ruang. Materi atau zat merupakanmanifestasi dari penjelmaan rohani. Selanjutnya, aliran ini dapat dilihat pada ajaran Plato dengan teori idenya. Menurut Platp, tipa-tiap yang ada di alam ini, mesti ada hakikat idenya, yaitu konsep universal dari setiap sesuatu. Alam yang nyata dimana menempati ruangan ini merupakan bayangan dari alam ide itu. Oleh sebab itu, idelah yang dapat disebut sebagai hakikat sesuatu, sebab idelah asal muasal terjadinya bentuk fisik.

Dualisme Merupakan paham yang berendapat bahwa benda itu terdiri dari dua hakikat sebagai sumbernya, yaitu dalam dimensi materi dan ruhani, jasad dan spirit, benda dan ruh. Materi bukan bersumber dari ruh, dan ruh dianggap tidak terlahir dari benda, melainkan keduanya merupakan hakikat. Kedua jenis hakikat itu dianggap bebas dan berdiri sendiri, dianggap sama-sama azali dan abadi. Korelasi keduanya menciptakan suatu kehidupan di duniaini. Contoh yang amat jelas adalah terkait kerja sama kedua hakikat ada pada diri manusia.17Adapun tokoh dualisme ini ialah Rane Descartes yang disebut sebagai seorang filsuf modern pertama (filsafat modern). Dalam kajian umum, dualisme merupakan term yang senantiasa saling menyeimbangkan sebagaimana adanya syurga-neraka, dunia-akhirat, baik-buruk, hidup-mati, dan lain sebagainya.

Pluralisme Paham ini bertolak dari keseluruhan paham yang berfikiran bahwa segenap variasi bentuk adalah kenyataan. Paham ini dikenal dengan paham yang mengidentifikasikan bahwa kenyataan alam ini tercipta dari berbagai unsur, lebih dari satu bahkan lebih dari dua entitas. Tokoh pluralism pada masa Yunani Kuno adalah Empedocles dan Anagoras yang berfikir bahwa substansi yang hakiki itu terbentuk melalui 4 unsur, yaitu udara, air, api, dan tanah. Tokoh modern pluralisme adalah William James, kelahiran New York dimana terkenal sebagai tokoh psikologi dan filsuf di Amerika. Pleuralisme juga merupakan sesuatu yang tidak asing dalam pengetahuan kotemporer seperti saat sekarang ini, Sains sudah memberi bukti bahwa manusia memang terdiri dari berbagai unsur, sebagaimana air yang mendominasi tubuh, unsur api yang menjadi suhu tubuh, unsur angin yang menjadi udara yang dibutuhkan dalam tubuh, bahkan unsur tanah yang menjadi partikel bagian dari penyusun tubuh.

Nihilisme Merupakan konsep pemikiran yang tidak meyakini validitas alternatif yang positif. Nihilisme memberikan tiga proporsi tentang realtis. Pertama, tak ada satupun yang dianggap eksis, suatu realitas itu sebenarnya sebuah ketiadaan. Kedua, apabila sesuatu itu ada, maka iatak bisa diketahui. Ini dikarenakann oleh alat indra (empiris) itu tidak dapat menjadi pijakan dan dianggap sebagai ilusi belaka. Akal juga dinilai tidak mampu meyakinkan manusia tentang hakikat material dari semesta ini karena banyak dilandasi oleh pemikiran

yang subjektif. Ketiga, meskipun realitas itu bisa diketahui, ia tidak mudah diberitahukan kepada orang lain. Dalam ungkapan yang lebih sederhana, konsep nihilisme sangat dekat dengan pola aliran yang menganggap bahwa segala yang ada di alam ini adalah fana. Kebenaran mutlak merupakan milik Tuhan. Konsep ini dapat ditemukan pada muatan ajaran agama yang berusaha mendokrin supaya umatnya tidak terlalu mengejar hedonis dunia.

Agnotitisme Merupakan paham yang menolak kesanggupan manusia dalam mengetahui suatu hakikat benda. Baik hakikat sebagai materi maupun hakikat ruhanihnya. Aliran ini muncul karena belum mampunyamanusia mengenal dan menerangkan secara totalitas akan adanya realitas yang mandiri atau berdiri sendiri. Konsep ini dengan tegas membantah adanya suatu kenyataan yang mutlak khususnya yang bersifat transcendent. Bagi kalangan Islam, teori ini kerap ditemui dan diperselisihkan dalam wacana bagaimana muslimseharusnya memahami eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan yangmuslimyakini merupakan dzat yang bersifat transcendent atau bersifat imaneni? Menyikapi hal ini lebih banyak kalangan Islam yang memilih untuk tidak mencari tahu tentang dzat Tuhan. Nah, golongan ini bisa disebut sebagai Agnotitisme.

Epistemologi Selain dimensi ontologi (hakikat), objek kajian filsafat juga membahas mengenai epistemologi. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas

FILSAFAT ILMU | 15

sifat, metode, asal muasal ilmu, dan batasan ilmu manusia. Epistimologi kerap disebut dengan teori pengetahuan. Epistemologi diambil dari bahasa Yunani; epistime, yang bermakna “pengetahuan”, yaitu “pengetahuan yang benar”, atau lebih dikenal dengan “pengetahuan ilmiah”, dan logos yang berarti teori. Epistimologi bisa didefinisikan sebagai cabang dari filsafat yang mengkaji sumber atau asal muasal, struktur, meknisme/metode, dan keasliannya (validitas) suatu pengetahuan. Pada kajian epistimologi pertanyaan pokok yang dapat diilustrasikan adalah “bagaimana ilmu itu diperoleh?”18 Jika ontologi itu berbicara ‘apa’ maka epistemologi berbicara ‘bagaimana’, yakni sebuah bidang ilmu yang mencoba berorientasi bagaimana ilmu itu didapatkan. Dalam epistemologi, kebenaran tampil dalam kebenaran tesis berupa teori, yang pada gilirannya akan disanggah oleh ilmu lain.19 Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu pengetahuan bukan hal yang mutlak, dapat terus diperbaharui dengan teori-teori dan kebenarankebenaran yang baru. Sebagai contoh, dulu Pluto diklaim sebagai salah satu dari planet yang ada pada tata surya. Kini setelah teknologi semakin berkembang, diklaim bahwa Pluto bukan sebuah planet. Lebih jelas lagi, espitemologi merupakan cabang filsafat yang membahas dan mengkaji tentangruang lingkup (batasan), dasar dan berbagai orientasi ilmu yang didapatkan oleh manusia. Melalui epistemologi,

Aksiologi Dalam bahasa Yunani, aksiologi diambil dari kata ‘axios’ yang bermakna ‘nilai’ dan berasal dari ‘logos’ yang bermakna teori (ilmu). Jadi, aksiologi merupakan teori mengenai suatu nilai atau penilaian terhadap sesuatu. Aksiologi atau yang dikenal sebagai etika adalah studi tentang prinsip dasar dan konseptual yang mendasari penilaian bagi perilaku manusia, sebuah perspektif yang membedakan antara benar dan salah dalam dimensi moral. Suriasumantri (1985) mendefenisikan aksiologi sebagai suatu ‘teori nilai’dimana erat kaitannya dengan peran dari pengetahuan yang didapatkan.20 Jadi, aksiologi merupakan sebuah tolok ukur terhadap sesuatu dengan tingkatan yang dapat dipahami oleh manusia. Apakah sesuatu itu bernilai baik atau buruk, juga berupa angapan apa sesuati itu dinilai indah atau buruk. Thomas Aquinas merupakan filsuf yang tertarik mengkaji tentang filsafat nilai. Ia mengidentifikasi pemikiran Aristoteles mengenai kausa prima (nilai tertinggi) dalam dzat tuhan sebagai keberadaan dari adanya kehidupan, keseimbangan, pergerakan, keabadian, dan kebaikan tertinggi. Pemikir era modern, Spinoza melihat‘nilai’dengan menyandarkannya pada ranah metafisik, Spinoza mengekplorasi hakikat ‘nilai’ dengan memisahkan ‘nilai’ itu sendiri dengan ‘ilmu pengetahuan’.21 Hal tersebut berkaitan erat dengan

 20Ibid, hlm. 137. 21 Aceng Rahmat, Filsafat Ilmu Lanjutan,.., hlm. 26.

FILSAFAT ILMU | 17

esensi kebenaran hakiki itu merupakan apa yang digariskan oleh Tuhan. Sebagaimana dalam Islam yang memiliki Al-Quran dan Sunnah sebagai petunjuk kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Inilah sebabnya Islam tidak kesulitan mencari kebenaran sebab sudah diberikan petunjuk yang sangat jelas. Berbeda dengan barat yang al-kitab mereka sudah mengalami revisi oleh tangan jahil manusia. Sebagai contoh, dalam Islam etika (baik-buruk) dan estetika (indah-jelek) merupakan dualisme yang tidak bisa dipisahkan. Sesuatu identitas yang indah tetap akan dikatakan buruk jika itu melanggar ketentuan agama. Berbeda dengan Barat, mereka memisahkan dimensi etika dan estetika. Disebuah sekolah seni misalnya, mereka dengan bebas boleh melukis manusia tanpa busana. Mereka menganggap hal tersebut merupakan dimensi ‘keindahan’ yang tidak boleh dibatasi oleh dimensi etika. Dalam Islam, itu adalah perkara yang buruk, tidak ada keindahan dalam suatu yang dinilai buruk. Sebab, lukisan tanpa busana hanya akan menimbulkan nafsu dan menaikkan syahwat orang tertentu yang melihatnya. Ketika tidak terbendung, orang tersebut akanberbuat maksiat bahkan memperkosa orang lain. Apakah ada keindahan dari sesuatu yang berakibat buruk?

B. Cabang-Cabang Filsafat Berbicara cabang tentu erat kaitannya dengan variasi dan identitas yang berbeda. Filsafat ibarat seperti batang pohon besar yang ketika sudah menjulang tinggi ke atas, maka akan membagi dirinya dalam berbagai cabang yang lebih spesifik menuju ke daun. Begitu juga

18 | Dr. Gunawan Adnan, M.A

dalam eksistensi filsafat dalam membelah dirinya ketika bersentuhan dalam perkembangan ilmu yang begitu luas. Filsafat bisa disebut juga sebagai dasar pemikiran, tidak heran mengapa ia cenderung ada dalam berbagai disiplin ilmu hingga saat ini. Jika dianalogikan, filsafat itu seperti akar pohon. Ia berada di bawah tanah dimana orang-orang tidak tertarik melihatnya. Padahal peran filsafat sangat fital, Ia merupakan landasan filosofis dari teori ilmu lainnya bahkan sebelum mereka disebut sebagai ilmu itu sendiri. Ilmu diibaratkan seperti batang pohon, yang mana endingnya berupaya menghasilkan buah yang disebut sebagai teknologi. Manusia pada umumnya hanya melihat pada ranah teknologi tanpa memandang batang (ilmu pengetahuan) apalagi memandang akar (filsafat). Padahal, tanpa adanya batang dan akar, sebuah pohon mustahil berbuah. Sebagai contoh, adalah penggunaan smartphone terbaru zaman milenial. Pembeli hanya fokus pada fitur dan kemudahan gadget tersebut tanpa mencoba mencari tahu bagaimana penciptaannya dan bagaimana asal muasal manusia bisa berfikir memproduksi smartphone. Manusia cenderung tidak tertarik membahas sesuatu yang bersifat hakikat, mereka lebih tertarik berbicara mengenai hedonis (kenikmatan) belaka. Begitu juga dalam beragama, jika semua muslim berfikar hakikat mengapa Ia dicptakan tentu semuanya akan menjadi pribadi yang takwa. Kenyataannya justru banyak manusia terjerumus dalam dosa dan noda dikarenakan tidak sanggup menahan hawa nafsunya yang sesaat (hedonis).

FILSAFAT ILMU | 19

a. Filsafat Pendidikan Adapun Filsafat Pendidikan adalah salah satu dari cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat pendidikan bahwa semua aktivitas pendidikan merupakan objek yang penting dikaji. Secara khusus, ruang lingkup filsafat pendidikan biasanya membahaswacana filosofis pendidikan, seperti: 1. Merumuskan esensi pendidikan. 2. Merumuskan dengan filosofis makna mendasar manusia yang terjun dalamproses pendidikan. 3. Merumuskan dengan filosofis korelasi antara filsafat, seperti filsafat pendidikan, filsafat agama dan filsafat kebudayaan. 4. Merumuskan hubungan antara filsafat terhadap ideologi negara, filsafat pendidikan terhadap kebijakan pendidikan. 5. Merumuskan hubungan antara kajian filsafat terhadap filsafat pendidikan serta implementasinya dalam teori pendidikan. 6. Merumuskan format nilai, seperti perspektif dari etika, dan moral sebagai muatan pendidikan yang merupakan visi dan misi pendidikan. Hasan Langgulung mengungkapkan bahwa Filsafat pendidikan merupakan penerapan metode, media, prasarana, serta pandangan filsafat dalam konteks pengalaman manusia yang disebut sebagai pendidikan22. Sementara menurut Jalaludin, filsafat pendidikan diartikan sebagai suatu kaidah filosofis.dalam ranah pendidikan yang mengilustrasikan aspekaspek pelaksanaan falsafah secara umum dan terfokus pada pelaksanaan kaidah-kaidah dan kepercyaan yang menjadi landasan atau dasar dari filsafat umumdalam upaya menjawab persoalan pendidikan dengan praktis dan efisien.23 Apabila diteliti secara lebih mendalam filsafat pendidikan merupakan pijakan berpikir dalam perenungan yangberpatok pada prinsip filsafat yang utama, diantaranya : 1. Dasar Metafisika pada Bidang Pendidikan Metafisika merupakan cabang filsafat yang bersinggungan dengan proses seleksi mendalam atas hakikat dasar mengenai eksistensi dan realitas dari sesuatu. Secara umum, term analisis metafisika pada pendidikan mencakup kajian tentang keberadaan pendidikan, pola karakteristik pendidikan, substansi ruang dan waktu pada pendidikan, hukum kausalitas dalam pendidikan, sertaaspem material dan spiritual dalam pendidikan. Dalam orientasi pendidikan, metafisika merupakan dasar yang terkait pada objek yang bisa ditemui pada eksistensi aliran-aliran besar di dunia pendidikan. Aliran besar dalam pendidikan bisa ditemui dalam wilayah pendidikan yang menjadikan tingkah laku sebagai buah dari pengalaman (behavioristik) yang mana menganut konsepmonisme materialistikserta aliran pendidikan yang sarat akan nilai transpersonal yang cenderung berkarakter monisme transpersonal. 2. Dasar Epistemologi pada Bidang Pendidikan

Epistemologi selaku cabang filsafat yang erat kaitannya dengan asal, karakter, sifat, dan jenis pengetahuan. Epistemologi merupakan sebuah cabang filsafat dimana merujuk pada sebuah defenisi bahwa suatu pengetahuan mesti memiliki prinsip dasar bagi standar kebenaran pengetahuan. Term ini termasuk yang paling intens diperdebatkan dan dikaji dalam bidang pendidikan, seperti bagaimana metode dan media dalam pendidikan dan bagaimana mekanisme pengajarannya. Bagaimana pengetahuan yang benar dalam pisau bedah pendidikan, dan bagaimana dan apabatasan pengetahuan serta kompetensi apa yang ideal bagi bidang pendidikan. 3. Dasar Aksiologi pada Bidang Pendidikan Aksiologi sebagai cabang filsafat ilmu yang mentraansformasikan dan mempertanyakan bagaimana dasar aksiologi pada kajian pendidikan, seperti pada pembuatan visi dan misi pendidikan, model kurikulum pendidikan, dan bahan ajar serta metode pendidikan. Dasar aksiologi pada pendidikan mencakup dasar moralitas (etika) dan seni (estetika) dalam alkukturasi pendidikan. Aksiologi sebagai pijakan berfikir berarti bahwa pendidikan mesti mampu menetapkan prinsip yang selayaknya ada tentang berbagai hubungan antara pendidikan. Dengaan pertimbangan nilai-nilai kemanusiaan yang telah eksis. Biasanya itu mencakup wilayah etika dan estetika. Dalam orientasi pendidikan, tentu aksiologi sebagai asal muasal prinsip pendidikan terkait dengan penerapan model pengajaran yang ideal (beretika dan beresteBerdasarkan ragam asumsi yang bersumber dari defenisi Filsafat, pendidikan selanjutnya membahas secara mendasar mengenai topic filsafat pendidikan, maka ditarik sebuah pemaknaan yang luas dan radikal (mendalam) bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu terapan dari cabang filsafat yang mengkaji seluk-beluk pendidikan dalam ekslarasi kebudayaan yang mampu memecah masalah pendidikan dalam konteks menjawab kebutuhan masyarakat dalam menuju kenajuan bangsa dan bernegara.

b. Filsafat Hukum Berbicara Filsafat Hukum erat kaitannya dengan perkembangan zaman dan budaya. Filsafat Hukum dilandasi oleh berbagai perkembangan sejarahnya, khususnya mereka yang mengkaji historis filsafat Barat. Filsafat Hukum merupakan ilmu yang mempelajari hukum itu secara filosofis. Oleh sebab itu, objek kajian filsafat hukum adalah hukum itu sendiri. Filsafat hukum pada klarifikasinya justru tidak dikatagorikan sebagai cabang dari ilmu hukum, melainkan bagian dari suatu teori hukum (legal theory) atau yang populer disebut disiplin hukum. Selanjutnya, teori hukum tentu berbeda dengan filsafat hukum sebab secara prinsipilkeduanya berangkat dari orientasi pijakan yang berbeda.2

c. Filsafat Ilmu Filsafat ilmu adalah telaah kefilsafatan yang hendak menjawab permasalahan mengenai substansi dan hakikat ilmu, yang dikaji dari aspek ontologis, aspek

epistimologis serta pandangan aksiologisnya. Itu berarti, filsafat ilmu adalah bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang dengan khusus mengkaji substansi ilmu, seperti kajian apa yang dibedah oleh ilmu. Bagaimana wujud yang mendasar dari objek tersebut. Serta bagaimana relevansi antara objek sebelumnya dengan kemampuan memahami manusia yang menghasilkan suatu pengetahuan.25 Bidang filsafat yang satu ini sering menjadi bahan kajian dalam sebuah karya yang berorientasi pada metode penelitian. Hal tersebut karena filsafat ilmu berjalan secara sistematis dan mendalam sehingga topik sekecil apapun mampu dikembangkan dan dikaji lebih jauh. Filsafat ilmu adalah suatu eksplorasi kritis terkaitpemikiran yang ilmiah. Filsafat ilmu merupakan pengembangan atau pembandingan argumentasi masa lampau argumen masa sekarang yang didukung oleh berbagai bukti dan pendekatan ilmiah. Filsafat ilmu adalah penjabaran serta dugaan dan kecenderungan yang tidak lekang oleh pemikiran para ilmuwan yang mengkajinya. Filsafat ilmu dapat dipahami sebagai suatu konsep, disiplin, dan teori mengenai ilmu yang telah dianalisis serta sudah diklasifikasikan lebih lanjut.

d. Filsafat Politik Filsafat politik adalah refleksi filsafat mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama dikelola. Permasalahan kehidupan tersebutmeliputi tata politik, seperti bentuk negara, format pengaturan pajak, dan memformat dinamika ekonomi (routledge encyclopedia

of philosophy). Seorang filsuf politik ingin merumuskan fondasi dasar yang menjadi prinsip dari suatu model negara tertentu. Ia juga kerap menyatakan dengan tegas bahwa masyarakat, siapa pun mereka, memiliki hak mutlak yang tidak boleh dianggap sebelah mata keberadaannya.26 Filsafat politik telah eksissejak manusia sudah menyadari bahwa pengaturan bersosial khususnya dalam kehidupan bersama tidak tercipta secara alamiah, melainkan sebuah penataan yang sangat bersinggungan dengan peran tata kelola dimana terbuka untuk perubahan. Oleh sebab tu, tata sosial-ekonomipolitik adalah produk dari budaya dan membutuhkann justifikasi filosofis guna mempertahankannya.

e. Filsafat Agama Filsafat agama merupakan cabang filsafat yang membahas agama menjadi objek renungan. Dalam konteks ini, filsafat agama dipisahkan dari beberapa ilmu yang turut mempelajari agama, seperti kajian antropologi budaya, psikologi agama, dan sosiologi agama. Kekhasan kajian itu merupakan argumentasi pemikiran yang bersifat deskriptif. Berbeda dengan kajian deskriptif, filsafat agama menyentuh konsep agama secara totalitas. Filsafat agama mengekplorasi logika, macam teori pengetahuan, serta mengkaji wilayah metafisika agama.27 Itu berarti, filsafat agama dipelajari pleh segenap manusia yang hendak memhami agamanya secara lebih maksimal, objektif, serta multi tafsir dalam perspektif yang lebih luas.

f. Filsafat Kebudayaan Berbicara filsafat kebudayaan mungkin tak sefamiliar cabang filsafat lainnya. Langkah awal yang terpenting dalam upaya memahami filsafat kebudayaan adalah kemampuan untuk menentukan batas pengertian yang tegas antara filsafat kebudayaan dan ilmu kebudayaan.28 Filsafat kebudayaan dianggap penting karena menawarkan penunjuk arah ke mana manusia sebaiknya berkembang dengan mengeksplorasi sedalam-dalamnya terkait siapa manusia itu, ke mana arahnya, dan kenapa ia diciptakan. Interaksi antarmanusia di dunia bertransformasi dengan proses saling mendukung di orientasi kebudayaan. Indonesia dengan variasi kultur dan etnis suku bangsa tentu menghadapi kecemasan ketika masuknya pengaruh budaya luar. Fenomena ini menjadi bahan kajian dan renungan para pemikir, seperti Mangunwijaya, Mochtar Lubis, Arswendo, dan Sutan Syahrir. Filsafat budaya mempunyai keunikan, karena beberapa wacana pembahasannya terkait terhadap studi lainnya, sebagai contoh; filsafat sejarah, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Masing-masing dari studi tersebut bisa dijadikan acuan dalam menjelaskan filsafat budaya. Adapun faktor mengapa filsafat budaya kerap diminati, sebab banyaknya kejadian serius yang telah terjadi di belahan dunia ini, yang kemudian memberikan peran dalam dinamika pola kehidupan umat manusia.29

Filsafat budaya berupaya menganalisa macam struktur budaya beserta prinsip-perinsip, struktur, media, derajat, dan nilai-nilai yang meliputinya. Meskipun filsafat budaya hadir di abad 20, namun benihnya telah ada sejak masa Socrates, bahkan sebelu itu. Salah satu dari cabang penting filsafat budaya, merupakan filsafat antarbudaya yang bersumber dari budaya yang bervariasi serta mengakui realitas perbedaan budaya tersebut sebagai alternatif membangun proses kolektif dan dialog yang didukung dengan keserasian pemikiran.30

g. Filsafat Seni Filsafat seni lebih populer disebut “estetika”, pada orientasi agama, seni menjadi pola kehidupan yang lebih terarah. Dengan ilmu seni, kehidupan manusia akan lebih menarik. Pada kenyataannya, kesenian senantiasa berkaitan dengan moralitas, pendidikan, lingkungan hidup, pergaulan, dan kehidupan sosial pada umumnya. Peran seni ternyata berpengaruh bagi aspekaspek berkehidupan sosial dan kemasyarakatan. Dengan filsafat seni, pemahaman berkaitan seni akan lebih luas dan kaya. Begitu banyak temuan yang dapat didiskusikan. Namun, wacana itu sebagai tantangan, bahwa filsafat seni tidak sekedar belajar sejarah seni dan praktek musik belaka.31 Artinya, espitemologi seni (bagaimana ilmu seni itu diperoleh) merupakan bias dari perpaduan budaya dan ilmu pengetahuan yang kolrelatif.

 h. Filsafat Sejarah Filsafat sejarah adalah ilmu yang membahas serta menyelidiki teori yang bersinggungan dengan kehidupan manusia sebagai makhluk bersosial dan dipisahkan menjadi dua bagian. Pertama, metafisika sejarah yang mempelajari backround sejarah, perinsip hukumnya, arti dan motivasi pada sejarah. Kedua, logika sejarah yang disebut juga metodologi sejarah. Adalah elemen sejarah yang menekankan pada studi mengenai kebenaran dari data dan fakta sejarah, menceritakansisi objektif sejarah, serta melakukan interpretasi dan eksplanasi pada peristiwa sejarah.32

i. Filsafat Bahasa Filsafat bahasa merupakan teori mengenai bahasa yang sukses dikemukakan oleh para filsuf khususnya dalam memahami ilmu konseptual. Itu berarti, Filsafat Bahasa berperan sebagai “jembatan” para filsuf untuk mengerti mekanisme pengetahuan konseptual. Pemahaman terhadap fungsi filsafat bahasa inilah yang selanjutnya bisa memisahkan berbagai ilmu bahasa (linguistik). Para pemikir bahasa mengkaji ilmu bahasa untuk memperjelas esensi bahasa, sedangkan para filsuf mengkaji bahasa sebagai media sementara supaya pada akhirnya mendapatkan kejelasan terkait pengetahuan konseptual. Pada momen mencari substansi pengetahuan konseptual, para filsuf sering memperoleh prinsip-prinsip tentang jalan kerja bahasa dan landasan ini mereka dapat mengemukakan argument mengenai

C. Kegunaan dan Fungsi Filsafat Secara defenitif, filsafat yang bermakna berfikir, mencari kebenaran, atau cinta kebijaksaan tentu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Sebab berfikir adalah media yang sangat vital dalam memperoleh kebenaran. Sebagaimana selogannya Rane Descartes, aku berfikir maka aku ada. Hal senada juga diimplementasikan dalam Islam sebagaimana konsep; “Kenalilah dirimu maka kamu akan mengenal tuhanmu”. Artinya, Islam juga sangat mengapresiasi peran akal selaku alat untuk berfikir, ringkasnya; ketika orang berfikir tentang kebenaran, orang yang merenung tentang adanya alam semesta, maka secara otomatis akan mengantarkan mereka ke sebuah kesimpulan bahwa “Diri ini ada karena ada yang menciptakan.” a. Memperkuat Aqidah Tokoh filsafat besar seperti Aristoteles juga memberi petunjuk yang kentara terkait pentingnya filsafat. Dalam konsep filsafatnya, Aristoteles menjelaskan tentang ‘gerak’. Menurutnya semua benda di alam ini senantiasa bergerak menuju tujuan tertentu. Berhubung benda tak mampu bergerak dengan sendirinya jadi harus ada penggerak dimana penggerak itu tak bisa digerakkan (sumber pertama). Pada istilah Yunani masa itu, penggerak utama ini disebut theos yang berarti Tuhan.34 Pada deskripsi diatas, filsafat mengindikasikan bahwa mereka adalah sebuah ilmu yang meyakini kebenaran dan keberadaan Tuhan. Dengan mempelajari filsafat seorang muslim akan semakin meningkatkan aqidahnya karena Ia meyakini kebenaran bukan sebatas ‘iman’ semata namun juga didukung oleh penalaran logis dan rasional. Bagi kaum non-muslim atau bahkan atheis, filsafat bisa menjadi batu loncatan bagi mereka untuk menyadari akan kebenaran yang hakiki. Para peneliti atau pecinta kebenaran, jika mereka objektif terhadap hasil penelitiannya pasti akan membimbing mereka untuk memeluk agama Islam. Sebab, konsep dalam ajaran filsafat erat kaitannya dengan upaya pencarian kebenaran yang hakiki dan mendakwahkannya. Socrates misalnya, selaku filsuf besar ditantang oleh parlemen masa itu; “Jika ajaran mu benar, maka minumlah racun itu. Jika tidak berarti kamu mengumbar kebohongan.”35 Meskipun pernyataan parlemen tersebut bernuansa politis, Socrates lebih memilih minum racun dari pada kehilangan kepercayaan (ilmu kebenaran) muridnya yang sengaja dihadirkan oleh dewan hakim Athena. Hal menarik adalah, sesaat sebelum Socrates meneguk racunnya, Ia berkata; “Wahai muridku, jangan kira aku akan mati selamanya setelah meminum ini, dunia ini hanya persinggahan, dunia yang tidak sempurna. Saya mati hari ini namun menuju ke

kehidupan yang lain, yang itu lebih baik.”36 Apa yang dikatakan oleh Socrates menunjukkan bahwa konsep filsafatnya meyakini adanya alam lain setelah alam dunia. Pada ajaran Islam, apa yang dijelaskan oleh Socrates memiliki kesamaan yakni adanya alam lain setelah mati yang disebut alam akhirat. Berdasarkan literatur sejarah, kehadiran sosok Socrates memang jauh sebelum Islam datang, begitu juga terpaut jauh ketika Nabi Isa diturunkan. Menunjukkan bahwa filsafat itu sangat penting dipahami oleh setiap pribadi agar menemukan kebenaran yang hakiki. Maka tidak berlebihan jika Ibnu Rusyd (Averroes) mengklaim bahwa belajar filsafat hukumnya wajib, karena Ia akan membantu nalar muslim tu sendiri berkembang meyakini Islam lebih luas, tidak sebatas karena Islam agama keturunan belaka.

b. Sumber Ilmu Pengetahuan Menurut kamus besar, ilmu merupakan pengetahuan mengenai suatu bidang yang diformat secara bersistem menurut metode tertentu, yang bisa digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu pada suatu bidang (pengetahuan itu).37 Adapun kesamaan filsafat dan ilmu diantaranya: Keduanya mencari solusi yang terbaik menyelidiki objek sedalam-dalamnya sampai ke akarnya. Keduanya memformulasikan

pengertian terkait hubungan dan kolerasi yang ada antara fenomena yang dialami serta mencoba mendeskripsikan sebab-sebabnya. Meskipun memiliki kesamaan yang erat, filsafat lebih berperan aktif sebagai sumber inspirasi dari dimensi ilmu tertentu. Semua ilmu yang ada di dunia khususnya Sains selalu bermula dari teori filsafat. Ketika upaya pencarian ilmu pengetahuan stagnan, filsafat kembali berperan sebagai roda penggerak meskipun setelah ilmu itu berkembang luas, filsafat cenderung dilupakan. Sebagai contoh, hampir semua tokoh terkenal fisika adalah tokoh filsafat pada zamannya. Sebagaimana Phytagoras yang terkenal dengan hukum Phytagoras-nya.38 Sebuah ilmu dalam matematika yang sampai saat ini sangat berguna khususnya dalam menentukan tinggi dan panjang sebuah segi tiga. Begitu juga dengan Al-Khawarizmi, filsuf Islam yang merumuskan teori angka nol. Akibat ada temuannya, operasi matematika bisa terlaksana dengan efektif sebagaimana yang dinikmati saat ini. Coba bayangkan jika angka nol itu tidak ada, hampir semua operasi hitung pada matematika tidak akan berfungsi.39 Hal tersebut juga berakibat fatal dalam transaksi perdagangan, pembangunan, bahkan perekonomian. Setelah angka nol ditemukan, ilmu matematika berkembang dengan sendirinya, dan melupakan peran filsafat sebagai penemunya. Hal tersebut terbukti dari

, Filsafat Islamtika) dalam penelitiakuantitas pengguna angka nol yang lebih menggunakan faedah angka nol tanpa tahu siapa penemunya. Begitu juga filsuf alam Demokritos. Meskipun Ia lahir pada zaman yang jauh sebelum masehi namun konsep atomnya sangat bermanfaat dalam teknologi modern.40 Ilmu tentang atom ini kemudian dikembangkan oleh peneliti selanjutnya termasuk dalam pembuatan senjata nuklir yang bisa digunakan sebagai pembakit listrik dan sebagainya. Pada ranah penelitian adalah Agus Comte yang sangat terkenal dengan teori positivisme. Melalui pemikiran filsafatnya menjadi rujukan besar dan global bahwa meneliti yang baik dan benar itu harus ilmiah. Akibat filsafat-nya juga kemajuan riset dan teknologi berkembang pesat seperti saat ini.

c. Penghubung Ilmu dan Agama Manusia, ilmu, dan teologi selalu terkait baik secara teoritik maupun pragmatis. Namun anehnya, manusia yang memahami ilmu sering bertolakan dengan teologi. Manusia yang menguasai ilmu bermakna ia sebagai konsumsi pemikiran, manusia yang memahami teologi adalah sosok pengkonsumsi keyakinan.41 Ini mengartikan bahwa ilmu didasari oleh akal, sedangkan teologi didasari oleh keyakinan. Yang mana, menurut pendapat saya, antara ilmu dan agama memiliki suatu keterikatan. Filsafat pada kuncinya ada pada usaha menemukan kebijaksanaan dalam hidup, filsafat itu berusaha menemukan suatu kebenaran. Jika dikaitkan pada orientasi agama, tentu pencarian suatu kebenaran mestinya kearah kebenaran yang bersifat transendental. Kebenaran tersebut biasanyaakan diraih dengan jalan penguasaan ilmu yang solid. Beragama yang sebatas ikut-ikutan, tentu kurang sesuai dan tepat. Beragama yang dilandasi ilmu, akan mempermudah manusia menggapai kebenaran. Jalan untuk solusi dan menemukan kebenaran ini bisa ditempuh dengan menguasai ilmu, filsafat, serta agama. Karena filsafat lengkap menyeluruh mempelajari ke segala segmen kehidupan. Seperti hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia, dan lain sebagainya. Semua itu dibutuhkan sebagai jembatan penghubung antara wilayah akan dan wilayah keyakinan. Baik filsafat maupun agama memiliki tujuan yakni sekurang-kurangnya mencari suatu kebenaran. Meskipun begitu, titik perbedaan dapat ditemukan pada sumbernya, filsafat cenderung bersumber pada dimensi akal dan budi, sementara agama bersumber pada dimensi wahyu. Perbedaan dasar kebenaran inilah yang menjadikan perseteruan antara kontestasi ilmu dan agama42 Menurut saya sendiri, agama, ilmu, dan filsafat haruslah berjalan berdampingan. Karena, apabila tidak demikian, perkembangan ilmu akan menjauhkan orang akan keyakinan kebenaran agama, dan sebaliknya. Orang yang cenderung hanya ingin mengkaji agama akan menjauhi ilmu dan orientasi teknologi. Bahkan, dalam agama Islam sendiri menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban. Contoh lain, dalam beragama umat muslim meyakini bahwa dzat Tuhan tidak boleh dicari. Para guru

akan mendokrin muridnya bahwa bagi yang mencoba mencari-cari dzat Tuhan maka mereka akan dianggab bid’ah bahkan sesat. Dokrin ini kemudian menjadi sebuah ajaran yang dogmatis tanpa penalaran rasional mengapa Islam melarang mempertanyakan tentang dzat Tuhan. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam hadis Nabi yang maknanya; "Berfikirlah mengenai nikmat Allah, dan jangan sekali pun engkau berfikir mengenai Dzat Allah."43 Dampaknya, mayoritas muslim seakan takut memahami hakikat Tuhan dan cukup dengan mengimaninya. Pada dataran filsafat, terdapat materi yang membahas tentang ‘ontologi metafisika’ (hakikat sesuatu yang tidak tampak) termasuk dzat Tuhan. Menanggapi ini, filsafat yang memiliki nalar bebas berfikir tidak dibatasi oleh perkara ‘keyakinan’ sebab mereka lebih memprioritaskan potensi akalnya. Ketika agama melarang berfikir tentang dzat Tuhan, maka filsafat berfikir; “Mengapa Tuhan melarang berfikir tentang dzat-Nya? Pasti ada alasan dan hikmah dibalik itu semua.” Karakter filsafat yang membahas sesuatu hingga ke akar-akarnya tentu tidak puas jika berhenti pada batasan ‘iman’ semata. Menanggapi ini, filsafat menyimpulkan bahwa dibalik ‘larangan berfikir’ tentang dzat Tuhan ada sebuah kebenaran bahwa dzat Tuhan tidak bisa ditemukan kecuali dengan izin-Nya, hanya manusia yang terpilih yang bisa melihatnya semasa di dunia sebagaimana proses Isra dan Miraj Rasu

Dzat Tuhan juga tidak bisa dijelaskan, bahkan ketika Nabi Muhammad Saw telah bertemu dengan – Nya, nabi tidak bisa menjelaskan seperti apa Allah itu. Bukan berarti Nabi tidak melihat Allah, melainkan tidak ada satupun yang bisa dimisalkan dengan sempurnya dzat Allah. Tidak ada yang menyerupai Allah Swt bahkan dalam fikiran sekalipun. Sebagaimana FirmanNya Artinya: “Allah pencipta langit dan bumi. Dia menciptakan untuk mu dari jenis sendiri, berpasangan dan dari jenis binatang ternak yang berpasangan pula, dijadikan-Nya untuk mu berkembang biak dengan ketentuan itu. Tidak ada semisal pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”Jika dianalogikan, bagaimana caranya menjelaskan warna ungu kepada seseorang yang belum pernah melihat warna ungu? Manusia tidak akan mampu menjelaskan identitas ungu tersebut kecuali menunjukkan contoh warna ungu meskipun dalam wujud benda yang lain. Bayangkan, tingkat menjelaskan warna saja, manusia tidak mampu tanpa memberikan contohnya. Lantas bagaimana cara Nabi menjelaskan tentang dzat Allah Swt sementara tidak ada satupun yang bisa dmisalkan? Maka dari itu, turunlah hadis dan perintah larangan memikirkan tentang dzat Allah karena

d. Mengajarkan Berfikir Kritis Sifat kritis adalah salah satu karakter yang saat ini mendukung bagi kemajuan berfikir dan belajar. Mahasiswa di kampus misalnya, tanpa sifat kritis tentu perkuliahan akan terasa membosankan. Orang yang kritis akan selalu muncul pertanyaan demi pertanyaan yang meragukan argumentasi yang di dengar. Berangkat dari ragu maka Ia mengkritisi berbagai ide dan kebijakan sehingga menemukan jawaban yang diharapkan. Pada konteks ini, filsafat sangat memainkan perannya. Orang yang berfilsafat senantiasa memiliki sifat skeptis dan penasaran. Sebagaimana defenisi filsafat itu sendiri yang berupaya mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya. Filsafat itu meragukan segalanya, keraguan itu membuatnya berfikir kritis dan mencari tahu alasan yang dapat menjawab rasa ragu sebelumnya. Ketika sesuatu itu tidak ditemukan lagi ‘keraguan-nya’ maka dalam filsafat itulah kebenaran. Filsafat juga menyadarkan manusia untuk berfikir toleran dan menerima perbedaan. Objek kajian filsafat yang begitu luas membuatnya membahas apa saja termasuk berbagai disiplin pemikiran dan keagamaan yang berbeda-beda. Seorang muslim yang tidak belajar filsafat pada umumnya akan terjebak pada ‘taklid’, mudah mengkafirkan orang dan menganggap diri paling benar. Dengan mempelajari filsafat, setiap individu akan melihat segala sesuatu dalam berbagai sudut pandang sehingga sampai pada tahap kesimpulan; “Ketika muslim mengklaim ajaran Islam paling benar,

FILSAFAT ILMU | 37

maka pemeluk agama lain mereka juga mempunyai hak yang sama untuk meyakini ajaran mereka yang lebih benar.” Selogan di atas bukan berarti filsafat tidak mendukung kebenaran ajaran Islam, melainkan ada sebuah ‘penghormatan’ atau ‘penghargaan’ terhadap penganut agama lain tanpa harus saling memaksakan. Dimensi ahklak yang kemudian berperan sehingga membuat mereka (non-muslim) memilih memeluk Islam dengan suka rela. Sikap toleransi beragama seperti ini atau bahkan toleransi bermazhab sesama Islam tentu akan dapat diminimalisir bila setiap oknum mempelajari filsafat. Contoh lain, ketika mempelajari filsafatnya Karl Max yang menganggap Tuhan adalah candu bagi manusia. Muslim pada umumnya akan naik darahnya, marah, dan langsung melabelkan sesat. Apalagi mendengar filsafatnya Nietzhe; “Tuhan telah mati” tentu akan membuat telinga muslim panas. Kecintaan muslim terhadap kemurniaan ke-esaan Tuhan tak sedikit menjadikan muslim tersebut menjadi anarki bahkan siap berjihad tanpa motif yang hakiki. Berbeda ketika muslim tersebut mempelajari filsafat, mereka bukan berfikir emosional, melainkan lebih berfikir; “Pasti ada alasan mengapa Karl Max dan Nietzhe berfikir demikian.” Sikap ini yang kemudian menjadikan muslim (yang mempelajari filsafat) lebih bijaksana dan menghargai setiap pemikiran tanpa menganggu dimensi aqidahnya.

A. Filsafat Yunani Pra Socrates Berdasarkan aspek sejarah, filsafat dibedakan sebagai filsafat zaman klasik, filsafat abad pertengahan dan filsafat modern. Jika dilihat dalam konteks popularitasnya filsafat lebih dikenal sebagai filsafat alam, filsafat Yunani, Filsafat Zaman Keemasan, Filsafat Islam dan Filsafat Barat. Terlepas dari apapun istilahnya, inti dari substansi filsafat itu tetap sama, terbukti hampir pada semua referensi sepakat bahwa filsuf pertama adalah Thales. Istilah filsafat itu sendiri pertama sekali disebutkan oleh Pyhtagoras, Ia diklaim sebagai manusia pertama yang mentransfer filsafat ke Yunani. Meskipun begitu, orang pertama yang digelari filsuf justru adalah Thales (eksis pada abad ke-6 SM). Karena Thales yang perdana menjelaskan hakikatduniayangmenurutnya bermula (bersumber) dari air.44 Jika kita renungkan saat ini, mungkin banyak yang memikir tentang asal usul dunia, bahkan eksistensi Tuhan sebagaimana Thales. Adapun yang menjadikan Thales spesial dikarenakan.

pada zamannya saat itu berbeda dengan masa sekarang yang cenderung damai dan kondusif. Masa Thales hidup, perekonomian mereka sulit, banyak warga yang mati kelaparan. Pada saat semua orang sibuk berfikir bagaimana bertahan hidup, sosok Thales hadir berfikir bagaimana alam tercipta. Ketidak laziman pola fikir dirinya dengan lingkungan saat itu membuatnya sangat dikenal hingga memperoleh gelar Bapak Filsafat. Yunani sendiri merupakan wilayah di benua Eropa yang kaya akan sisi spiritual. Kebiasaan masyarakat Yunani hidup di alam bebas seperti nelayan. Profesi ini yang kemudian mewarnai kepercayaan yang mereka anut, yaitu berdasarkan petuah alam sehingga berkiri bahwa hubungan manusia dengan sang khaliq bersifat formalitas. Maknanya, kedudukan Tuhan dianggap terpisah dengan kehidupan mahkluknya (manusia). Sekitar abad ke 6 SM, lahirlah para pemikir yang pemikirannya kemudian bersifat rasional (cultural religion) yang sedikit banyak memicu pergeseran. Tuhan tidak lagi dianggap terpisah dengan mahkluk, melainkan justrudiyakini menyatu dengan eksistensi kehidupan manusia. Pemikiran ini yang mulanya natural religious berubah menjadi system cultural religious. Berbicara mengenai kelahiran filsafat memang tak akan lepas dari eksistensi filsafat alam. Berbagai filsuf Yunani Kuno mencoba melahirkan konsep mengenaipenciptaan alam walaupun sebelumnya telah ada informasi terkait teori tersebut. Namun, konsep nya lebih dianggap mitos tentang asal usul alam semesta (mite kosmogonis) dan tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta (mite kosmologis), sehingga teori mereka seperticariarche

(asal mula) alam semesta memiliki banyak variasi. Mereka kemudian menyebut pemikir ini sebagai filsuf alam. Para pemikiran Yunani klasik inimengikutsertakan manusia sebagai subjek yang mesti bertanggung jawab bagi segala tindakannya.45 Filsafat alam adalah istilah yang melekat pada pengkajian pemikiran tentang alam dan ilmu fisika sebelum berkembangnya ilmu modern, alam adalah objek utama yang dikaji dalam ilmu ini, dan filsafat alam lebih dahulu ada sebelum adanya ilmu alam, adapun filsuf alam pertama adalah Thales.

a. Thales Thales dikenal sebagai bapak Filsafat Yunani, karena ia diklaim sebagai seorang filsuf yang pertama. Namun, konsep pemikirannya tidak pernah ia tulis sendiri, hanya disebarkan melalui lisan melalui pengikutnya (murid). Setelah datang filsuf besar Aristoteles, maka pemikiran Thales mulai ada yang menuliskannya. Menurut pemaparan Aristoteles, inti ajaran Thales adalah ‘air’, karena Thales berargumen bahwa semuanya itu bersumber atau sangat bergantung dengan air. Air yang bersifat cair merupakan pangkal, landasan, pokok dan dasar dari apapun. Thalestak mengimplementasikan kepercayaan umum ketika merenungkan asal segala sesuatu, namun berdasarkan pengamatan indra (pengalaman) ketika menjelajahhingga ke Mesir dan menemukan betapa tergantungnya orang Mesir pada sungai Nil. Oleh sebab

b. Anaximandros Selanjutnya ada tokoh filsafat alam yang sangat dekat dengan era-nya Thales, yaitu Anaximandros. Sebagian riwayat mengatakan bahwa Anaximandros adalah murid dari Thales. Meskipun begitu, konsep filsafat-nya berbeda, menurut Anaximandros, asal muasal alam bukan dari air melainkan apeiron. Apeiron merupakan zat yang tiada batas (unlimited) dan tidak berbentuk, tak ada kemiripan dengan apapun. Apeiron memuat sifat keilahian dan abadi.47 Anaximandros menilai bahwa proses terciptanya alam dari pemaknaan tak terbatas (apeiron) melalui berbagai antagonis (pertentangan) diantara dua media yang bertolak belakang, yaitu: dingin dan panas. Adapun proses tercipanya makhluk, Anaximandros sama dengan pendapat gurunya (Thales), Anaximandros menilai bahwa semua makhluk itu berasal dari air.

. Di Megara, Plato diketahui mengarang banyak dialog tentang kehidupan berdasarkan filsafat Socrates. Bukti kecintaannya kepada sang guru. Dari Megara, Plato kemudian pergi ke Kyrena. Awalnya Plato mengajarkan filsafat dan mengarang banyak buku di sana, selain belajar matematika kepada Theodoros. Namun, belakangan nasib apes menimpa Plato. Ia dipenjara dan dijual sebagai budak. Tetapi di pasar perbudakan pada waktu itu, Plato dikenali oleh seorang muridnya yang bernama Annikeris. Ialah yang menyediakan uang untuk menebus Plato. Belakangan berita tentang Plato yang dijual sebagai budak akhirnya sampai juga ke Athena, sahabat-sahabatnya di sana kemudian mengumpulkan uang untuk mengganti harga tebus Plato kepada Annikeris. Tetapi Annikeris menolaknya dan berkata, “Bukanlan para tuan Athena saja yang berhak atas kehidupan Plato.” Nasib apes itu kemudian berbuah manis bagi Plato, uang yang dikumpulkan oleh sahabat-sahabatnya tersebut lalu dibelikan sebidang tanah untuk diserahkan kepada Plato. Plato kemudian mendirikan sekolah filsafat diatas tanah yang dihadiahkan oleh para sahabatnya. Sekolah yang dia berinama “Akademia.” Saat itu, usianya genap 40 tahun. Ia konsisten di sana, mengajar dan mengarang berbagai jenis buku filsafat yang terkenal dan tersehor sepanjang abad hingga meninggal pada usia 80 tahun.

 Ajaran Ide Plato Ajaran ide yang dikembangkan Plato sebenarnya adalah warisan pemikiran Socrates. Awalnya ajaran ide Plato adalah usaha untuk mencari definisi-definisi tentang adil dan kebeanian. Ia tidak puas hanya dengan menyebut satu persatu perbuatan adil dan keberanian. Tetapi ia ingin adanya definisi-definisi dari perbuatan adil dan keberanian itu sendiri. Dengan demikian akan diketahui apa esensi dan hakikat adil, keberanian, serta keutamaan-keutamaan lain yang terkandung didalamnya. Pemikiran inilah yang ingin diteruskan oeh Plato. Dalam pandangannya, ide tentang adil dan keberanian itu ada. Begitu pula dengan ide-ide lainnya. Plato juga berpendapat bahwa segala bentuk esensi mempunyai realitasnya sendiri-sendiri, terlepas dai segala perbuatan konkret.56 Ajaan ide lainnya yang dikembangkan Plato adalah terkait ilmu pasti dan menjadi salah satu andalan dalam sekolah “Akademia” Plato. Ilmu-ilmu pati yang dikembangkan di sekolah Plato sangat berkaitan erat dengan ilmu pasti yang diajarkan kaum Pythagoras atau Pythagorean. Tetapi Plato menitik beratkan pada realitas dan segitiga ideal, bukan segitiga konkrit. Ia berkesimpulan bahwa segitiga itu juga mempunyai realitas walaupun tidak bisa ditangkap oleh indra, karena menurut Plato, tidak mungkin ilmu pasti membahas sesuatu yang tidak ada. Plato juga mengembangkan ajara ide yang saling berhubungan dengan realitas jasmani, dimana bendabenda yang bersifat jasmani tidak bisa berdiri sendiri

yang diungkapkan oleh Plato terkait hal ini, yakni:57 1. Ide itu hadir dalam benda-benda yang bersifat konkret dengan tidak dikurangi sedikitpun. 2. Benda konkret juga mengambil bagian ide, dimana tiap-tiap benda jasmani berkontrbusi pada satu atau lebih dari ide yang ada. Contoh, “satu bunga bagus,” maka bunga itu mengambil bagian dalam ide ‘bunga’, ‘bagus’, dan ‘satu’. Tetapi kontribusi itu tidak mengurangi ide. 3. Ide adalah model dan paradigma bagi bendabenda konkrit. Sementara benda konkrit ialah gambaran tidak sempurna yang menyerupai model itu.

Ajaran Tentang Jiwa Plato mempunyai pendirian sendiri tentang jiwa. Ia membagi jiwa dalam tiga bagian, yaitu: 1. Rasional (to logistikon). “Bagian rasional” ini adalah pencetus akal sehat yang menopang keutamaan dari kebijaksanaan pada diri manusia (phronesis atau sophia). 2. Keberanian (to thymoaeides). Bagian keberanian ini sering didektikkan dengan kehendak manusia akan sesuatu. Keutamaan dari “bagian keberanian” ini adalah hal yang spesifik (andreia). 3. Keinginan (to epithymetikon) yang diterjemahkan sebagai hawa nafsu yang terdapat pada diri manusia selain akal.

Tetapi “bagian keinginan” ini juga mempuyai pengendalian diri (sophorosyne) sebagai keutamaan khusus.

Plato juga mengajarkan tentang jiwa yang dipenjara dalam tubuh. Secara mitologi, ia mengibaratkan jiwa yang dipenjara sebagai sebuah kereta yang mempunyai fungsi rasional dan ditarik oleh dua kuda bersayap: kuda kebenaran dan kuda keinginan. Kuda kebenaran berlari ke atas atau ke dunia ide. Sedangkan kuda keinginan yang berrsumber dar nafsu belari ke bawah, ke dunia gejala. Kedua kuda itu saling tarik-menarik, tetapi kemudian kuda nafsulah yang menang sehingga kuda kebenaran jatuh ke dunia gejala dan membuat jiwa manusia terpenjara. Supaya bisa terlepas dari penjara tersebut, manusia membutuhkan pengetahuan agar dapat melihat ide-ide yang berada di atas. Manusia akan menikmati kebahagiaan karena pengetahuannya kelak setelah meninggal. Kebahagiaan itu setara seperti ketika jiwa belum dipenjarakan di dalam tubuh. Dalam pandangan Plato, terdapat pra eksistensi jiwa karena jiwa tidak akan mati. Namun, meski kehidupan di dunia ini besifat sementara, manusia begitu terpikat kepadanya karena bergejala dan bisa diamati, sementara dunia ide adalah sebaliknya. Hal ini membuat manusia tidak bisa naik ke dunia ide. Orang-orang yang mampu naik ke dunia ide, menurut Plato adalah mereka yang mau mengerahkan segala usaha dan kemampuannya untuk naik ke dunia ide. Dalam kenyataannya, manusia seantiasa terjebak di dunia gejala dan sulit melepaskan dirinya dari itu.

Bahkan ia berusaha menahan orang-orang bijak agar tertahan di dunia gejala karena tidak bisa mengerti usaha orang bijak untuk mencari kebenaran.58

c. Aristoteles Aristoteles terlahir dari keluarga yang dekat dengan istana Macedonia Amyntas, Yunani Utara. Lair di Stageira pada tahun 384 SM, ayahnya adalah seorang dokter pribadi raja Macedonia Amyntas. Tetapi Plato dikirim oleh ayahnya ke Athena untuk belajar filsafat pada Plato di usia 17 tahun. Ia mewarisi keahlian dalam hal pengetahuan empiris dari ayahnya. Aristoteles belajar di sekolah “Akademi” Plato hingga gurunya itu meninggal dunia. Ia bersaa rekannya Xenokrates pergi meninggalkan Athena karena berseberangan dengan pemikiran pengganti Plato di sekolah “Akademi.” Ia pergi ke Assos. Mengajar filsafat di sekolah Assos dan bertemu jodoh hingga menikah dengan Phythias di sana. Tetapi Aristoteles dan kawankawannya harus melarikan diri dari sana setelah tentara Parsi menyerang kota tersebut dan membuat sang raja terbunuh. Ia melarikan diri ke Mytilene, sebuah kota yang terletak di pulau Lesbos. Tidak jauh dari Assos. Pasca itu, Aristoteles diundang oleh raja Philippos dari Macedonia pada tahun 342 SM untuk mrndidik anaknya yang bernama Alexander. Raja kemudian membantu Aristoteles untu mendirikan sekolah Lykeion.

Ajaran- Ajaran Aristoteles Logika Aristoteles berpendapat bahwa berpikir haruslah diawali dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian dari sesuatu

Silogisme Darri sinilah metode induksi dan deduksi berawal. Menurut Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat diperoleh dengan kedua cara tersebut. Deduksi adalah proses berpikir silogisme yang terdiri dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

Pengelompokan Ilmu Pengetahuan Aristoteles mengelompokkan imu pengetahuan dalam tiga bagian, yakni: 1. Ilmu pengetahuan praktis, seperti etika dan poitik. 2. Ilmu pengetahuan produktif, seperti teknik dan kesehatan. 3. Ilmu pengetahuan teoritis, misalnya fisika, matematika, dan metafisika.

Realitas Ajaran tentang realitas adalah salah satu hal dimana Aristoteles berbeda pendapat dengan gurunya, Plato. Bila Plato menyatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide, Aristoteles berpendangan bahwa realitas terdapat pada yang konkrit, bermacam-macam, dan berubah-ubah.61

Pengenalan Aristoteles memperkenalkan tentang pengenalan berdasarkan indrawi dan rasional. Pengenalan indrawi akan membawa manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang bentuk benda dan mengenal hal-hal yang konkrit. Sementara pengenalan rasional akan membuat manusia memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda.62

Etika Aristoteles menyebut kebahagiaan atau “eudaimonia” sebagai tujuan tertinggi hidup manusia. Ia mendefiisikan kebahagiaan sebagai segala suatu yang termasuk dalam kategori bahagia telah berada di dalam diri manusia.63 Etika, menurut Aristotelas merupakan sarana untuk mendapatkan kebahagiaan. Etika akan mendidik manusia untuk mempunyai sikap yang bijak dan dalam setiap tingkah dan peruatannya.

 Negara Pandangan Aristoteles yang sangat terkenal adalah tentang negara. Ia berpendapat, bila rakyatnya damai, maka suatu negara juga akan damai. Sistem demokrasi moderat yang berdasarkan undang-undanng

dasar, menurut Aristoteles adalah sistem negara yang paling baik.

A. Dasar-Dasar Pijakan Filsafat Banyak orang yang tidak merasa bahwa ia berfilsafat, bahkan bilang bahwa dia sangat tak menyukai filsafat, juga bilang bahwa malas memikirkan sesuatu yang berat, lebih baik yang praktis-praktis dan yang ringan-ringan saja. Aneh sebetulnya, karena setiap orang memiliki “filsafat” nya masing-masing. Jika kita menerima anggapan bahwa setiap orang memiliki filsafatnya masing-masing, tentu kita juga akan mempercayai bahwa setiap orang juga punya kebijakannya masing-masing. Lalu apakah sembarangan berfikir dan sembarangan cara pandang adalah filsafat? Inilah masalahnya. Filsafat berbicara apa saja yang terdapat di dalam fikiran manusia hingga ia mencari tahu apa yang terpenting yang bisa memberi nilai dalam kehidupannya. Filsafat adalah cara berfikir dan setiap manusia sebenarnya sudah berfilsafat. Tetapi cara-cara berfilsafat inilah yang perlu diluruskan. Ada yang menganggap bahwa filsafat berbicara tentang tga hal pokok, yaitu astropologi, teologi dan psikologi. Namun filsafat lebih bannyak dikenal sebagai mater scintiarum atau induk dari segala ilmu, karenanya filsafat menjadi istimewa.

Menduduki posisi tertinggi dari seluruh cabang pengetahuan. Pengetahuan filsafat hanya bisa muncul setelah melewati perenungan dan kontemplasi terhadap apa yang dipikirkan seseorang hingga sampai pada hakikatnya. Hal itu sangat mungkin dilakukan karena manusia adalah makhluk yang mempunyai kelebihan dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Menusia memiliki sifat keingintahuan yang lebih tinggi terhadap fenomena alam semesta ini. Sesuatu yang kemudian diketahui dari sifat keingintahuannya itulah yang disebut pengatahuan. Terdapat dua jenis pengetahuan yang bisa diperoleh seseorang, yaitu (1) pengetahuan indra (biasa), yaitu pegetahuan yang bisa diperoleh hanya dengan melihat; (2) pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang mengikuti metode dan kaidah tertentu yang bersifat universal. Filsafat juga mencakup dua hal, sebagai ilmu pengetahuan dan sebagai pandangan hiudp. Disebut ilmu pengetahuan karena filsafat dalam kajiannya mempunyai objek, metode dan sistematika, serta bersifat universal. Dikatakan pandangan hidup disebabkan filsafat tercermin dalam pepatah, slogan, dan bahkan lambang. Begitu pula halnya dalam berbagai terminologi yang ada, fisafat memberikan pandangan hidup dan arah untuk seluruh aktifitas dan kegiatan kehidupan manusia. Dasar pijakan filsafat sebenarnya ada pada pemasalahan dan objeknya. Ruang lingkupnya meliputi makna, kebenaran, dan hubungan yang logis antara ide dasar manusia yang belum bisa dicarikan jalan keluarnya menurut pengetahuan empiris.

Yang pada garis besarnya dibagi menjadi tiga persoalan pokok yaitu: hakikat Tuhan, alam, dan manusia. Maka dapat dipahami bahwa objek filsafat ialah segala yang ada. 2. Objek Formal Objek formal filsafat akan diketahui dengann cara mencari keterangan sedalam-dalamnya.66

B. Aliran Filsafat

a. Rasionalisme Konsep rasionalisme adalah satu aliran besar filsafat yang mengklaim bahwa suatu kebenaran itu bersumber dari alam ide (rasio/akal). Konsep Rasionalisme dekat dengan idealisme Plato sebab metode pencari kebenarannya sama-sama menggunakan akal. Tokoh filsafat pertama yang menggagas ini adalah Plato, menurutnya kebenaran yang hakiki adalah yang ada dalam alam ide (fikiran murni), sedangkan yang ditangkap oleh indra (termasuk mata) merupakan tampilan dari bayang-bayang kebenaran.67 Menurut aliran ini, seseorang dengan akal yang sehat dapat menentukan antara baik dan buruk, akal juga mampumemilihantara etnitas yang indah dan yang buruk. Dominasi penalaran akan ini kerap dikenal sebagai man kuno hingga sekarangkhas, namun masih dalam media koridor yang sama. Pada zaman modern, konsep rasionalisme dipopulerkan kembali oleh Rane Descartes (1590-1650). Kepopuleran Descartes sangat familiar sehingga menjadikannya filsuf dengan julukan bapak filsafat modern. Konsep rasionalisme-nya yang akrab dengan semboyan “cogito ergo sum” (aku befikir, maka aku ada). Hal tersebut seolah mengispirasi bahwa jika seseorang ingin eksis, ingin jaya, dan ingin sukses maka mereka harus menggunakan akalnya dengan benar. Adapun tokoh rasionalisme lainnya adalah J.J. Roseau, Gottfried Wilhelm von Leibniz Basedow, Christian Wolff serta Baruch Spinoza. Dinamika pengetahuan semakin pesat pada abad ke-18 dengan nama-nama seperti Diderot dan D’Alembert Voltaire adalah para pengusungnya.68

b. Empirisme Empirisme merupakan aliran dalam filsafat yang fokus pada peranan pengalaman (tangkapan indra) dalam meraih pengetahuan atau menilai kebenaran, dan mempersempit peranan akal. Kata Empirisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “empeiria” yang maknaharfiahnya adalah coba-coba atau aspek pengalaman. Sebagai suatu doktrin, Empirisme adalah lawan Rasionalisme.69 Menurut aliran ini, seseorang dengan indranya (pengalaman) lebih objektif dalam menilai mana baik dan mana yang buruk, pengalaman

juga dapat menilai sesuatu yang bersifat seni, sebab suatu seni itu terlihat indah dengan mata. Ketika mata (bagian indra) menangkan esensi yang indah, maka sudah menjadi bagian dari pengalaman (empirisme). Dominasi penalaran berdasarkan pengalaman ini dikenal sebagai apostereori. Tokoh filsafat yang sangat menekankan empirisme adalah Aristoteles, Ia adalah murid Plato bahkan menjadi guru di sekolah yang didirikan Plato di Athena selama 20 tahun. Meskipun sebagai murid, Aristoteles tidak sependapat dengan Plato selaku penganut konsep rasionalisme. Setelah Plato meninggal, Aristoteles mendirikan akademinya sendiri dan mulai mengajarkan konsep empirisme yang lebih menekankan pengalaman dan logika. Jika teori Plato mengklaim bahwa kebenaran suatu benda itu adalah alam ide (fikiran), bagi Aristoteles justru itu tidak mungkin sebab sesuatu yang bersifat materi justru yang bisa ditangkap secara fisik. Ketika suatu benda bisa dilihat, bisa disentuh, bisa dirasakan, atau bisa dicium baunya maka itulah bukti nyata bahwa suatu benda itu ‘ada’. Selanjutnya, pengikut empirisme mengatakan pengalaman adalah akibat suatu objek yang mendorong peran alat-alat indrawi, yang dipahami dalam otak, serta akibat dari dorongan tersebut terbentuklah respon mengenai objek yang sudah merangsang alat indriawi tersebut. Empirisme memegang fungsi yang amat vital bagi pengetahuan. Penganut mazhab pemikiran ini menganggap pengalaman adalah satu-satunya media dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Pengalaman

indriawi ini kerap dianggap sebagai suatu pengadilan yang tertinggi.70 Pada zaman modern, aliran empirisme di populerkan kembali oleh John Locke selaku filsuf Inggris. Filsafat Locke bisa dikatakan anti-metafisika. Ia menerapkan keraguan sementara yang dipelopori oleh Descrates, selanjutnya Ia menolak model intuisi (pengetahuan batin) yang dilakukan oleh Decrates. Joh Locke juga menentang metode deduktif Descrates serta menggantinya dengan generalisasi yang bersuber atas pengalaman; menjadi induksi. Bahkan Locke menyangkal juga akal (reason). Ia hanya setuju jika fikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.71 Tokoh empirisme lainnya adalah Thomas

c. Kritisme Kritisisme adalah sebuah aliran filsafat yang mencoba mendamaikan pertentangan antara filsafat rasionalisme dan empirisme. Aliran ini berupaya menunjukan kekurangan yang ditujukan oleh masingmasing pandangan tersebut. Selanjutnya diganti dengan pandangan dalam memberikan solusi bahwa antara akal dan pengalaman keduanya saling berkaitan dalam mencari kebenaran. Ketika rasio bekerja maka Ia membutuhkan indra untuk menangkap data sebelum ditrasfer ke otak. Sebaliknya, indra juga membutuhkan

akal dalam menganalisa eksistensi yang ditangkap.72 Singkatnya, kritisisme mencoba mengkritik dua jalan aliran besar filsafat yang seharusnya saling beriringan. Penggagas kritisisme adalah Immanuel Kant. Ia termasuk filsuf terbesar dalam dunia sejarah filsafat barat modern. Mengenai riwayat hidupnya tidak ada halhal yang mencolok. Ia lahir di sebuah kota kecil di Prusia Timur, Konigsberg. Pada Universitas di kotakelahirannya ia menekuni semua studi yang diberikan dan menjadi professor disana. Pada bidang filsafat, Immanuel Kant hidup dalam suasana rasionalisme yang masa itu merajalela di kampus yang berada di Jerman. Kant tidak menikah, dan senantiasa hidup tertib, sehingga iabisa mencurahkan seluruh kesempatan dan waktu pada karya-karya filsofinya. Pemikirannya dan karya-karyanya membawa revolusi yang begitu kuat hingga saat ini.73 Kritisme sebenarnya sudah merupakan hakikat dari filsafat itu sendiri. Dikenal radikal dalam menelusuri makna, tetapi tidak juga menemukan jawaban yang abadi. Hal ini karena kajian filsafat tidak usai dan sampai pada suatu garis akhir problematika kehidupan. Sampai pada abad ke-21 ini, filsafat masih sibuk pada tataran problematika yang pernah menjadi pertanyaan selama 2500 tahun silam. Hal demikian menandakan bahwa filsafat masih setia pada metodenya sendiri.

 Persoalan-persoalan yang ada dalam dunia filsafat merupakan problem manusia yang pada satu sisi manusia tetaplah sebagai manusia dan disisi yang lain selalu berkembang dan berubah dengan masalah baru. Usaha filsafat selalu terkait dengan bagaimana manusia bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan menuntut pertanggungjawaban atas atas apa yang dialaminya. Filsafat menantang dan ditantang untuk melakukan pendalaman pada suatu permasalahan. Filsafat juga menjadi seni kritik yang tidak membatasi diri pada destruksi, sehingga tidak merasa terpasung untuk membawa pandangan positif sendiri. Adapun kritik yang dimaksud adalah bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu sebagai hal yang selesai.74 Filsafat bertanggungjawab untuk memecahkan masalah secara rasional dan fundamental dengan menemukan pusat masalah. Bahkan filsafat akan mempertanyakan sesuatu yang seolah-olah sudah mapan dengan cara menggali dan bertanya secara terus menerus. Filsafat akan mengkaji hal-hal mendasar secara menyeluruh. Hal inilah yang membedakan filsafat dengan cabang ilmu lainnya. Pertanyaan lintas ilmu dan berbagai permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu lainnya secara terus menerus dipertanyakan dan dijawab oleh filsafat dengan rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat akan mendorong seseorang untuk bersikap kritis dengan cara mempertanyakan hal-hal di luar dan didalam dirinya

sendiri dan tidak berhenti pada sebuah klaim kebenaran.Terutama untuk hal-hal yang bersifat fundamental. Karena itu, berpikir filosofis secara internal menuntut sikap kritis dengan bertanya dan mencari jawab atas dinamika kehidupan secara rasional dan kemudian berani menawarkan jawaban tersebut untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Tetapi para filsuf – sebutan untuk orang-orang yang berpikir secara filsafat— juga harus terbuka atas kritik dan pertanyaan orang lain. Termasuk terbuka terhadap orang yang menyangkal jawabannya. Untuk itu para filsuf harus berusaha untuk dapat memberikan argumentasi secara rasional dan objektif dan menemukan jawaban yang bisa dimengerti secara intersubyektif.75 Sikap kritis dalam filsafat tidak pernah dibatasi, sikap kritis dalam filsafat untuk sedapat mungkin menghindari mengarah kepada berpikir sempit, setiap informasi dan pengetahuan yang didapatkan tidak lantas dipercayai mentah-mentah, namun harus dikonfirmasi terlebih dahulu. Maka filsafat adalah suatu metode yang kritis terhadap segala hal, apa yang diterima baik informasi atau pengetahuan selalu dikritisi sehingga tidak ada yang jangga menurut logika. Berpikir dan bersikap kritis bukan hanya kritis terhadap orang lain atau lingkungan sekitar, namun yang paling penting adalah kritis terhadap diri sendiri. Secara refleks manusia selalu berpikir kritis mempertanyakan segala sesuatu yang secara logika atau rasio dianggap janggal

atau membutuhkan jawaban yang detail. Metode kritis digunakan untuk dapat mempelajari filsafat secara intensif.76 Hal yang paling prinsipil dalam filsafat adalah bahwa kita tidak tau agar bisa menjadi tau. Konsep ini seperti yang diutarakan Socrates dimana ia sadar bahwa ia tidak mengatahui hal-hal yang asali. Maka, hal pertama yang dilakukannnya untuk mengetahui pengetahuan mana yang paling benar diantara pengetahuan yang ada adalah dengan berpikir kritis. Melihat ibunya yang seorang bidan, Socrates pernah memcoba menerapkan sikap kritis pada dirinya sendiri dengan mengaku bidan, tetapi dalam konteks ilmu pengatahuan dan pikirannya sendiri. Ia berpendapat bahwa jiwa manusia masih terkubur oleh pengetahuan yang sifatnya semu. Agar pengetahuan itu dapat mucul, seseorang harus membongkarnya, membersihkan, lalu melahirkannya kembali. Karena dalam pemahaman Socrates, manusia mempunyai pemahaman sejati untuk mengetahui intisari-intisari benda. Kekuasaan juga menjadi titik fokus Socrates untuk bersikap kritis karena menurutnya kewibawaan dan kekuasaan telah memonopoli kebenaran dan berkolusi untuk memproduksi pengetahuan yang akan dikonsumsi masyarakat awam. Walau secara universal Socrates tidak menngetahui jawabannya, ia sering mengajak orang-orang untuk berdiskusi dan berdialog agar menyadari bahwa pengetahuan manusia memiliki kekurangan yang harus disempurnakan secara terus

menerus. Socrates menyebutnya seni berdialog (dialektike tehkne). Topik yang diperbincangkan menjadi sesuatu yang biasanya disepakati pada awal dialog. Kepada seorang panglima pemberani, Socrates mengajak berdialog tentang konsep berani dan terhadap pemimpin, ia bertanya rumusan tentang keadilan. Pendapatpendapat tersebut dianalisa oleh Socrates yang kemudian diinterpretasikan dengan metode hermeneutika agar lebih sistematis untuk yang menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan yang ada. Langkah tersebut dikatakan Socrates untuk melahirkan hakikat sesuatu hinggga munculnya hakikat baru melalui jalan metode kritis lainnya. Tetapi jalan dialog harus terus dilakukan agar dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak pemikiran-pemikiran yang saling bertentangan untuk menemukan pendapat yang lebih baik.77

 d. Eksistensialisme Eksitensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang menerapkan konsep terkait keberadaan diri. Eksistensialisme bersumber dari upaya untuk berjuang dari segala hegemoni guna memperoleh eksistensi dan

diakibatkan oleh adanya aktivitas teknologi. Hal ini membuat manusia kemudian merasa kehilangan hakikat hidupnya sebagai manusia atau makhluk yang memiliki rasa eksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar. Bukan hanya dengan semua yang serba instan.80 Sikap objektif Husserl ditolak oleh oleh para eksistensialis, seperti Merleau Point, Heidegger, Jaspers maupun Sartre. Mereka menyebut bahwa hal pertama yang mesti dianalisa adalah subyektivitas manusia. Bagi mereka, sesuatu yang ‘ada’atau ‘exist’ tidak bisa ‘mengada’ tanpa ada yang membentuk disekitar mereka, seperti perasaan yang terbentuk karena interaksi seseorang dalam suatu kelompok tertentu. Sifat dari eksistensialis dapat dilihat dari, yaitu: 1. Subyektivitas individu bersifat unik. 2. Lebih terbuka terhadap individu lain dan dunia luar. Tidak hanya terbatas pada teori, tetapi lebih kepada tatanan praktis dan internasionalisasi. 3. Pengalaman afektif yang tidak menggantungkan diri pada observasi. 4. Mengutamakan kebebasan dan sejarah. Tidak berpijak pada essensi yang bersifat tetap. Meski demikian, kaum eksistensialis, secara de facto masih memakai metode fenomenologi yang otentik dengan Husserl, tetapi dengan observasi dan analisasi yang teliti, dimana akar pengalaman bersifat pra ilmiah dan pra reflektif, baik yang bersifat awam maupun

ilmiah.Pengalaman fundamental disebut justru dapat dicapai melalui pengalaman terbatas.81 Seseorang, menurut Heidegger, harus merealisasikan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai tingkat manusia seutuhnya. Manusia harus berusaha sekuat tenaga dan mempertanggungjawabkan potensi dirinya yang belum teraktualisasi dengan baik, walaupun dalam kenyataannya seseorang itu tidak mempunyai kemampuan untuk merealisasikan semuanya. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang terbuka terhadap sesama dan dunianya. Perkataan, pembicaraan, kepekaan, pemahaman, dan pengertian adalah bentuk lain dari kemampuan manusia untuk mempertahankan eksistensi dirinya dengan hal-hal yang berhubungan dengan dunia luar. Manusia akan berdaya bila memanfaatkan kesadarannya untuk memahami dan mengerti, serta sedapat mungkin memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan potensi lainnya untuk berbuat dan memberi manfaat kepada dunia yang didiaminya.82 Meniru Husserl, penganut eksistensialis menekankan intensionalitas dan bertitik tolak pada fenomena. Namun mereka tidak menuruti Husserl pada sikap objektif dan kontemplatif, akan tetapi tetap mempertahankan aspek non diskursif dalam intuisi subyek. Keadilan sangat dikedepankan dalam menganalisis fenomena sehingga jelas dasar asali:

berupa dunia eksistensi yang nyata. Dengan demikian ditemukanlah sifat utama yang unik dan berlaku bagi eksistensi manusia, termasuk setiap indiividu dengan keunikan tersendiri.

Prgamatisme merupakan ilmu filsafat yang berorientasi terhadap aksi atau tindakan. Pada aliran filsafat ini menyatakan bahwa kebernaran bergantung terhadap berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.85 Oleh sebab itu, sifat kebenaran pada konsep ini dianggap relatif dan tidak mutlak. Bisa jadi disebabkan suatu otoritas, kebijakan dimana peraturan sama sekali tidak menawarkan manfaat bagi kalangan tertentu, tetapi dapat bermanfaat bagi masyarakat yang lain. Itu artinya, pragmatisme tidak terlalu mempersoalkan mengenai

 hakikat pengetahuan, melainkan lebih fokus untuk mnengkaji kegunaan suatu pengetahuan tersebut.86 Dalam teori pragmatisme ini, kebenaran akan diuji dalam praktek yang dikenal sebagai metode projek dan kebenaran ini bisa dikatakan benar jika mampu dan berguna untuk menjawab dan memberikan solusi terhadap semua masalah. Sesuatu dianggap benar apabila dikembalikan pada pribadi manusi dalam keseimbangan situasi tanpa ada kesulitan dan persoalan karena tujuan utama dari teori ini adalah supaya manusia selalu ada didalam keseimbangan. Teori pragmatisme ini juga menganggap bahwa sebuah kenyataan atau dalil bisa dikatakan benar apabila mempunyai manfaat dan nilai guna bagi persoalan manusia dalam kehidupannya. Tetapi kebenaran itu tidak ada yang absolut atau mutlak, Semua kebenaran bersifat relatif sesuai dengan manfaat yang didapatkan oleh para pengikut pargmatis seperti :87 1. Keinginan dan tujuannya sama dan sesuai. 2. Teruji dengan suatu ekperimen. 3. Ikut mendorong dan membantu perjuangan untuk tetap eksis.

subur pada abad pertengahan yaitu penganut metafisika. Berbeda dengan konsep meatafisika, positivisme melatari pengetahuan dengan kajian fakta objektif (nyata, tepat, pasti, berguna serta mutlak) sedangkan metafisika, menurut Comte tidak dapat membuktikan kebenaran pernyataanya secara indrawi (pengamatan dan percobaan).88 Aliran positivisme juga bisa disebut sebagai ilmiah, inilah asal muasal berkembangan teori positif lainnya seperti hukum positif dan penelitian ilmiah dimana keduanya akan dianggap benar jika bisa dibuktikan secara ilmiah bukan dugaan apalagi dongeng belaka. Hukum tiga tahap yang dipopulerkan Auguste Comte terbagi atas berbagai perkembangan pemikiran manusia dari zaman ke zaman menjadi tiga tahap, yaitu; tahap teologis, metafisis dan tahap positif. Ketiga tahap tersebut dipahami Comte sebagai kesatuan tahap perkembangan pola pikir manusia seperti perkembangan tahap kehidupan manusia dari masa kecilmenuju remaja

 A. Pengertian Metode Filsafat Secara harfiah, metode berasal dari bahasa Yunani, ‘metodos,’ dan istilah Yunani ini berasal dari bahasa Latin, ‘methodus’. Terdapat dua kata, ‘meta’ dan ‘hodos’. Meta memiliki arti menuju, melalui, sesudah, dan mengikuti. Sedangkan hodos berarti jalan, cara atau arah. Arti secara luas metode merupakan suatu cara bertindak menurut sistem atau aturan tertentu. Arti secara khusus adalah cara perpikir menurut aturan atau sistem tertentu. Metode berpikir filsafat berbeda dengan metode penelitian filsafat. Metode penelitian filsafat adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh dalam suatu proses tindakan atau berupa rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana, sistematis dalam rangka untuk memperoleh pemecahan permasalahan atau berupa jawaban dari pertanyaan tentang kefilsafatan. Pengertian metodologi penelitian filsafat adalah metode penelitian filsafat yang telah diangkat menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri. Sedangkan metode-metode filsafat adalah jpara filsuf atau ahli filsafat dalam proses berpikir untuk mencari kebenaran dan atau terhadap suatu kenyataan.90 Dalam arti yang luas metode dibutuhkan agar kegiatan praktis terlaksana dengan efisien dan efektif untuk mencapai hasil yang lebih optimal. Hal itu memungkinkan tercapai karena metode mengajarkan cara bertindak menurut sistem tertentu. Metode itu sendiri dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu metode berpikir dan metode ilmiah. Metode berpikir memberi jalan agar dapat berpikir menurut sistem yang telah ditentukan. Sementara metode ilmiah merupakan suatu cara agar ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan cabang disipilin ilmu yang lebih spesifik. Ia bersifat sistemis metodis dimana metode merangkum seluruh perkembangan ilmu pengetahuan dari perumusan konsep hingga tercapainya kesimpulan ilmiah dari suatu objek penelitian. Jadi fragmen seperti, dasar pemikiran, rumusan pertanyaan, observasi, hipotesa, perbandingan, asas, teori dan aksioma tidak hanya dirumuskan secara terpisah. Ciri-ciri metode ilmu yang benar adalah memiliki suatu kesatuan yang saling menunjang dan mengikat. Gabungan dari metode keilmuan itulah yang membentuk metodelogi yang berarti metode keilmuan. Metodelogi dapat dipakai untuk melakukan penelitian pada cabang-cabang illmu khusus untuk menganalisa dan menyusun azas-azas penelitian. Didalam filsafat, metode banyak dipakai oleh Aristoteles, ia menggunakan metode induktif untuk melakukan penelitian empiris dalam karya-karya logikanya. Karena

itu, di Barat sampai abad ke-16 tidak dikenal adanya garis pemisah antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Bahkan metode-metode filsafat yang digunakan juga bersifat metodis. Belakangan baru ada yang memperdebatkan apakah metode dipakai oleh filsafat atau ilmu pengetahuan, terutama ketika mulai bermunculannya ilmu-ilmu empirik. Filsafat kemudian membedakan antara metode untuk ilmu empirik dan metode kajian ilmu non empirik. Tetapi dalam filsafat, metode dan objek formal tidak bisa dipisahkan, karena setiap cabang filsafat punya objek formal dan memiliki metode serta logikanya tersendiri menurut teorinya masing-masing. Berfilsafat merupakan proses berfikir mendalam untuk menjawab begitu banyak pertanyaan dan rasa heran manusia Ketika berhadapan dengan alam semesta ini. Manusia ingin mengungkap rasa ingin tahunya. Dalam hal tersebut, membuat seseorang bertanya, memikirkan, dan merenung. Proses berfilsafat membutuhkan metode agar perenungan mendalam tersebut mendapatkan jawaban pasti secara rasional dan empiris. Mengambil dari Bahasa Yunani ‘methodos’, merupakan metode Bahasa Belanda/Inggris dan bangsa Eropa yang berarti sambungan kata, yaitu meta, dapat dipahami sebagai tujuan, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan kata benda seperti jalan, perjalanan cara dan arah itu bearti ‘hodos’.91 Banyak kata methodos dipahami sebagai penelitian, kerangka kerja ilmiah, hipotesa ilmiah, dan uraian keilmuan.

Metode juga dipahami sebagai system atau aturan tertentu dan juga cara bertindak. Metode membutuhkann kegiatan praktis agar suatu bidang pengetahuan tertentu dapat terlaksana dengan efektif, efisien dan memperoleh hasil maksimal. Metode ilmiah akan menjadi jalan untuk menemukan pengertian baru dari sebuah bidang ilmu pengetahuan tertentu. Metode melingkupi seluruh perkembangan pengetahuan, termasuk merumuskan fragmen, perbandingan, dasar pemikiran, pertanyaan, observasi, aksioma, teori, dan hipotesa. Metode mengkaji objek formal dengan cara berbeda. Sesuai bidang pengetahuan. Aristoteles mennyebut bahwa objek dan metode mempunyai hubungan yang salit terkait erat.

a. Metode Intuitif E Sumaryono menyebutkan metode intuitif sebagai metode klasik yang bersifat reflektif, dimana seorang filsuf memandang kehidupan dan dunia serta selalu berinteraksi dengan kedua hal tersebut. Dalam setiap aktifitas yang dihadapinya dalam menghadapi kehidupan dan dunia ini, para filsuf ini menggunakan kesadarannya serta kesimpulan yang diperolehnya tidak selalu senada dengan para filsuf lainnya. Metode reflektif ini merupakan sebuah metode klasikal, sebab dimulai dengan melakukan refleksi sendiri. Secara umum, pengertian intuitif adalah penggunaan intuisi yang berupa mengetahui apa yang terjadi selanjutnya yang didapat dari pola-pola yang tidak disadari sebelumnya. Kemampuan yang dimiliki manusia ini tidak menuntut penjelasan rasional. Namun, mendapatkan informasi dari perasaan yang tibatiba muncul. Intuisi dapat dikategorikan dalam salah satu kemampuan psikis yang dimiliki manusia. Kemampuan tersebut bisa jadi sudah ada sejak lahir. Orang-orang berjiwa intuitif dapat memprediksi masa depan dan memiliki kemampuan firasat yang kuat atau seperti meramal. Apabila dilihat secara logika, intuisi sulit dijelaskan karena banyak diliputi misteri. Sesungguhnya setiap manusia memiliki sifat intuitif dan pernah mengalaminya. Adapun perbedaan intuisi satu individu dengan individu lainnya dilihat dari tingkat kemampuannya. Beberapa manusia memiliki intuisi yang lebih tajam dan lebih kuat dibanding manusia lain dan kemampuan intuitif hadir karena seseorang memiliki kemampuan psikis yang kuat, sehingga dapat menjadi radar ketika akan melakukan sesuatu. Merujuk pada filsafat Plotinus dan Bergson, keaslian fitrah manusia dan kemurnian kenyataan yang dihadapi harus menjadi target dari totalitas penyerahan diri, walau terkadang harus menjaga jarak dan berjauhan dengan logika. Manusia juga dituntut tidak boleh hanya bertumpu pada rasio dan intelektualitas, tetapi tidak pula harus bersifat anti intelektual. Walau sulit dibayangkan, metode ini lebih kepada mangajak manusia tetap dapat menganalisis suatu keyakinan dengan tidak terjerat pada

rasio dan logika semata. Suatu metode yang akan mengalir ketika coba untuk dilakukan.94 Intuisi ini menduduki tempat sentral dalam filsafat Bergson dan menurutnya manusia sebagai makhluk hidup merupakan satu-satunya yang memiliki inteligensi dan dengan inteligensinya manusia menghadapi hidup. Kecerdasannya, masyarakat dan bahasanya mengatakan dengan tegas perbedaannya dari makhluk hewan. Gambaran yang diterima oleh manusia melalui intelegensinya, belumlah lengkap, karena hanya menunjukkan lapisan luarnya saja.

Menerobos lapisan luar, meraih inti kedalaman untuk menuju ke perkembangan lebih lanjut, itulah yang oleh Bergson disebut dengan intuisi. Bagi Bergson, intuisi merupakan kemampuan manusia untuk meraih kenyataan yang tidak tergantung pada posisi seseorang, dengan lain perkataan kenyataan mutlak.95 Intelektualitas dan intuisi manusia akan sangat menentukan dan menjadi alat ukur eksistensi seseorang di lingkungan sosial. Jika intelektualitasmemiliki tugas membandingkan, menghitung, menganalisa, dan mengukur tingkat eksistensi, maka intuisi merupakan

unsur yang menjadi elan vital (menangkap keberlangsungan dan kebebasan manusia). Tetapi ia butuh sesuatu yang menyeluruh untuk keberlangsungan hidupnya. Ibaratnya adalah seperti deretan bunyibunyian yang terpisah satu sama lain dan membentuk melodi yang harus didengar secara keseluruhan. Bila secara matematis kemampuan manusia serba terbatas, maka intuisi membebaskan manusia dari ketertutupan waktu tersebut. Dalam konsep keberlangsungan, tidak ‘ada’akhirnya berganti dengan ‘menjadi’.Kategorikategori yang sifatnya tetap, tentu tidak bisa ditangkap oleh keberlangsungan karena intusi manusia bersifat sangat eksklusif. Dengan intuisinya, manusia menjadi terbukaterhadap dunia ini. Apalagi pola-pola yang sifatnya statis akan terus diperbaharui dengan kekuatan intuisi. Begitupula dengan agama dan moral.96 Pencucian moral juga menjadi bagian yang diharapkan dari instrospeksi intuitif.Dalam konsepsi Bergson, vitalitas biologis, naluri dan spiritualitas adalah modal manusia. Konsepsi beragama, seni, dan ilmu akan lebih mudah ditangkap oleh seseorang dengan vitalitas spiritualitas. Ini penting untuk melawan sikap materialisme dan mendobrak semua hukum kausalitas. Bergson adalah filsuf yang bersahabat dengan riak intuitif untuk menjabarkan gagasan dan konsep secara sistematis. Untuk menghasilkan pengertian mutlak, Bergson akan membiarkan pemikirannya menjelajahi arus kesadaran asli manusiawi. Ia memakai simbol dan untuk memaksimalkannya,Bergson menggunakan intuisinya. Simbol akan memperlihatkan realitas

tersembunyi dan membantu seseorang mencapai intuisinya. Bergson malah lebih memaksimalkan fungsi “supra intelektual” ketimbang hanya berpijak pada intelektual dan rasio, tetapi ia juga tidak menolak intelektualitas. Untuk mencapai kemurnian kenyataan dan kefitrahannya, manusia terkadang mesti mengambil jarak dengan logika, tetapi tidak juga harus membungkam, apalagi bercerai dengan rasio. Hal ini dimaksudkan agar seseorang tidak terjerat

Metode yang dipelopori Kant ini juga sering disebut dengan neo skolastik. Keniscayaan dari suatu pengertian, universalitas, dan objektivitas merupakan hal yang dipertahankan, tetapi Kant juga menerima teori yang menyatakan bahwa fenomena yang tidak dapat melampaui batas-batasnya merupakan asal dari pengertian. Kebenaran ditempatkan Kant dalam pernyataan dan kesimpulan lengkap, bukan merupakan konsep tunggal. Kant membedakan pengertian dalam dua jenis, yaitu:

1. Pengertian analistis.Pengertian ini sering ditemukan dalam ilmu pasti dan selalu bersifat apriori. 2. Pengertian sintesis yang dibagi lagi dalam dua kategori, yakni: a. Aposteriori singular, misalnya ungkapan, ”saya merasa panas.”Ini sering juga disebut kebenaran yang berasal dari pengalaman subyektif. b. Apriori, misalnya perkataan, “sekarang hawa panas 100 derajat celcius.” Ini adalah pasti dan universal.

Kemajuan kehidupan sehari-hari adalah inti dari metode ini ketika menerima nilai objektif dari ilmu positif, begitu pula halnya dengan kemajuan dan kebahagiaan yang lebih banyak berasal dari nilai subyektif agama dan moral. Ini seperti keyakinan seseorang terhadap sesuatu hal, layaknya efek obat yang sebenarnya tidak menyembuhkan, tetapi karena keyakinan yang kuat, akhirnya orang tersebut bisa sembuh. Ini adalah bahasa lain dari nilai minimal yang harus dipenuhi agar subyek dari objektivitasnya memungkinkan untuk terjadi. Kesatuan antara subyek dan objek adalah hal yang harus dipenuhi dalam pengertian dan penilaian metode ini dan menuntut adanya kesatuan kesadaraan (transendental unity of apperception).

dialektik, melalui dua orang yang berdialog yang saling melemparkan pertanyaan serta memberikan jawaban masing-masing secara bergantian. Secara berangsurangsur, keraguan dan ketidakjelasan akan dapat dikurangi dengan adanya metode dialektika, dimana dengan bertanya dan menjawab akan diperoleh kebenaran yang diharapkan. Plato memerankan Socrates yang tak lain adanya gurunya sendiri sebagai orang yang mengajukan pertanyaan di sudut jalan kota Athena, Yunani. Sifatsifat akademis serta isu-isu domestik dan internasional yang kerap diperdebatkan dan dipertentangkan akhirnya dapat didamaikan dengan dialog. Demikian juga dengan perundingan yang mengedepankan dialog, telah berdampak pada perdamaian dan mengakhiri perang. Metode dialog yang dikenal dengan Platonik ini memang bukanlah metode utama dalam kajian filsafat, tetapi metode dialektik ini dianggap oleh pengikutnya dapat menyelesaikan seluruh persoalan kefilsafatan. Sesuatu yang mungkin dianggap naif oleh kelompok lainnya.98 Pada zaman Socrates, metode dialektika atau dialog merupakan langkah dalam memulai setiap filsafatnya. Bagaimana Socrates dapat mempengaruhi banyak orang yang dijumpainya dan memperkenalkan mengenai filsafat dan dapat menginspirasi kepada banyak orang untuk kemudian menjadi pengikutnya. Cara bertanya jawab atau dialog memiliki keunggulan

dipertanggungjawabkan, cara seperti ini mampu menjadikan karakter orang menjadi kuat. Maka menjadi tidak heran dalam beberapa sistem pendidikan konsep dialektika sekaligus dijadikan sebagai cara belajar dua arah. Plato sebagai murid dari Socrates bahkan dalam banyak karyanya mengadaptasi konsep dialektika yang menjadi metodologinya dalam menyampaikan banyak ajarannya. Pola dialektika menjadi pengulangan Plato, dialog menjadi cara yang mudah bagi Plato dalam memberikan gambaran mengenai ajaran-ajarannya. Dialog juga menggambarkan proses bertahap bagaimana suatu kebenaran dapat ditemukan, Socrates digambarkan sebagai sosok yang memicu orang untuk mendalami sebuah kebenaran. kebijaksanaan Socrates kemudian menjadi sebuah patokan dalam karya-karya Plato.99 Dasar-dasar hukum dialektika yang objektif dipakai oleh metode ini untuk menyelidiki dan menganalisa hal-hal yang konkrit. Karena itulah, metode dialektika sangat bergantung pada hal subyektif, seperti: 1. Lengkap dan tepat tidaknya ilmu pengetahuan seseorang menyangkut hukum dialektika. 2. Banyak dan sedikitnya pengalaman seseorang menggunakan metode dialektika dalam prakteknya, sehingga dapat diketahui tingkat keterampilan seseorang untuk menerjemahkan metode dialektika.

Dalam kancah revolusioner hukum dialektika, orang harus paham membedakan antara metode dialektika subyektif dengan hukum dialektika objektif, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan praktis. Maka, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan rajin mempelajari teori revolusioner. Tidak terkecuali ikut dalam perjuangan rakyat. 2. Mengenal sesuatu secara objektif dan selengkap-lengkapnya dengan jalan meneliti dan menganalisa setiap hal yang dihadapi. Penting juga untuk memperbaiki sudut pandang melalui metode dialektika. Berusaha untuk mengumpulkan data, serta tidak menutup peluang berdialog dan berdiskusi dengan sesama. Mempelajari karya ilmiah orang lain dan menyimpulkan serta dapat mengurainya secara sistematis berdasarkan hukum umum.

Dialektika mengajarkan untuk mengenal dan menganalisa hukum-hukum dialektika yang bersifat khusus dan konkrit karena pada dasarnya tidak ada hukum umum dialektika. Terlebih hukum dialektika yang umum itu bersifat abstrak. Sementara setiap hal dan soal yang diperdebatkan memiliki dialektika tersendiri yang bersifat khusus dan konkrit. Karena sifatnya abstrak, maka hukum umum hanya dijadikan sebagai pedoman, sementara menurut pejuang revolusioner, sejarah dunia pergerakan rakyat mencatat bahwa yang dibutuhkan adalah pemecahan masalah secara khusus dan konkrit, bukan malah

berbicara hal-hal yang masih bersifat umum dan abstrak. Ketika kita telah menemukan hukum dialektika yang khusus, maka kita mampu menemukan dan memahami persoalan tertentu untuk menemukan jawabannya. Semua bentuk eksistensi sebenarnya bersifat sementara dan terbatas. Dialektika juga mengikuti eksistensi bahwa rumusannya haruslah sementara dan terbatas, dimana ilmu pengetahuan semstinya juga tunduk pada dialektika seperti itu. Apalagi dialektika selalu berhadap-hadapan dengan realita yang senantiasa berubah, kompleks dan sering kali kontradiktif. Dialektika mengajarkan bagaimana menciptakan, memelihara dan selanjutnya menyingkirkan rumusanrumusan lama yang saling bertentangan. Tak mengherankan bila dialektika sering tumbuh dengan cara pertentangan sesuai perkembangan dan kondisi materialis dan isealis yang mengendalikannya. Pada fase materialis orang sering mengingat Marxisme, sedangkan Hegel mewakili perkembangan dialektika versi idealis. Filsuf lain dari zaman modern ini adalah Hegel dan disebut pula hegelian method. Bertugas diduasekolah tinggi, yakni: Heidelberg University dan Berlin University, George Willhelm Friedrich Hegel adalah guru besar di dua universitas itu. Lahir tahun 1770 dan wafat 1831 Masehi, pemikiran Hegel lebih menekankan pada subyektifitas dan merupakan bagian dari aliran idealisme. Istilah self sufficient atau bila diartikan berarti merasa cukup dengan diri sendiri adalah bagian dari pemikiran Hegel. Ia juga dikenal karena

dengan yang dipikirkan,” artinya, pikiran mempengaruhi kenyataan. Akal yang tidak terbatas akan mempengaruhi kenyataan dari penampakan diri manusia. Dalam proses sejarah perjalanan hidup seseorang, aktualisasi diri dipengaruhi oleh sejauh mana ia memanfaatkan akal yang sesungguhnya merupakan pikiran yang memikirkan dirinya sendiri dan dapat menyesuaikan semua pertentangan yang ada dipikirannya itu. Dalam filsafat Hegel, absolut tidak mempunyai lawan, the absolute no oppusite, dimana realisasi yang bersifat utuh dan selesai merupakan ciri-ciri pikiran yang telah mencapai puncaknya. Hegel juga menyebut sebenarnya tidak ada fakta dan pikiran yang benar-benar baru. Mengikuti gerakan pikiran merupakan salah satu jalan untuk lebih mengerti suatu kenyataan yang terjadi. Proses sejarah akan lebih dipahami ketika kita mengikuti dinamika pemikiran karena struktur pikiran bila diibaratkan identik dengan struktur genetik. Sama seperti tidak bisa dipisahkannya antara metode, teori, dan sistem yang digunakan pada suatu penelitian. Hegel juga sering mengindentikkan antara dinamika dan kenyataan yang kemudian disebut dialektis dalam tiga langkah, yaitu: (1) terdapat pengertian; (2) adanya lawan; dan (3) mendamaikan dengan cara mencari hal terkuat dari pengertian dan lawannya tersebut. Fichte kemudian menyebutnya tesis, antitesis, dan sintesis. Fichte sendiri dikenal sebagai pengikutid. Metode Fenomenologis Asal kata fenomenologi adalah, ‘phainomenon’, bahasa Yunani yang berarti “yang menampakkan.” Fakta yang mendasari pemahaman seseorang atas realitas kehidupan dunia ini. Ia adalah objek yang melintas dan menjadi relasi kesadaran manusia itu sendiri. Dalam bahasa lain fenomenologi diartikan sebagai ilmu yang tentang fenomenayang terjadi atau apa saja yang bisa terlihat. Kata fenomenologi mempunyai arti yang hampir sama dengan ‘foto’ yang berarti “sinar atau cahaya.”Dalam kamus Bahasa Indonesia, fenomena berarti, ‘gejala’Sementara dari sisi filsafat, fenomenologi bisa diartinya sebagai analisa terhadap gejala yang terjadi pada kesadaran manusia. Fenomenologi berarti pembahasan tentang fenomena atau sesuatu yang sedang menampakkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala. Fenomenologi pada hakikatnya ingin mencapai suatu pengertian yang benar, yakni pengertian yang menangkap realitas sebagaimana dikehendaki oleh yang namanya realitas itu sendiri.102 Fenomenologi mempelajari struktur pengalaman dan kesadaran, mempelajari segala pengalaman seseorang, cara seseorang mengalami sesuatu, dan makna yang dapat dipetik seseorang dari pengalamannya. Kesadaran selalu berfokus pada pada sesuatu merupakan konsep sentral dalam fenomenologi ini. Fenomenologi mengkaji cara-cara anggota masyarakat dalam menyusun dan membentuk ulang

dalam kehidupan sehari-hari. kesadaran adalah merujuk pada keinsafan seseorang akan sesuatu objek atau fenomena. Kesadaran bersifat intensionalitas, selalu terarah dengan sengaja pada objek-objek tertentu dan fenomena harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan diri dan kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari.103 Bersatunya manusia dan realitas adalah bahasa lain dari pengertian karena realitas hanya bisa sinkron dengan pengertian manusia. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, realitas sering ditemukan sebagai berkabut (onthulling verhulling), walau dia bisa menampakkan diri. Usaha untuk menyingkap yang berkabut inilah yang harus dilakukan manusia dengan bertanya dan menyelidikisecara terus menerus. Dengan bertanya, pengertian manusia dapat menjadi lebih sempurna sehingga mampu melihat realitas karena ia sebenarnya menggejala dan dapat menampakkan diri walau pada awalnya menyembunyikan diri.104 Kendala manusia dalam melihat realitas sebenarnya lebih karena dipengaruhi oleh latarbelakang atau suasana hidup sebelumnya, cara berpikir dan konsepsi-konsepsi lainnya dari kehidupannya. Jadi, onthulling verhulling tidak hanya dipengaruhi oleh realitas itu sendiri, tetapi juga pengalaman hidup seseorang. Bagi Husserl, nach den sachen selbst atau untuk sampai pada realitas kita mesti

kabut. Kabut itu adalah pengalaman buruk yang membekas di sanubari atau hati manusia itu sendiri.105 Human phenomena adalah sebuah metode atau cara berpikir tentang apa yang nampak dari manusia. Tetapi ia tidak fokus pada pertanyaan penyebab dan realitas objek yang nampak. Sebagai salah satu cabang filsafat yang diperkenalkan pertama kali di universitas Jerman pada pra perang dunia pertama oleh Edmunt Husserl. Pasca Husserl, perkembangan konsep pemikiran tentang ’phenomena’ dilanjutkan oleh Martin Heidegger, dan Jean Paul Sartre yang mencetuskan ideide dasar ‘phenomena’ menjadi bagian dari pemikiran kaum eksistensialisme.106 Bagi mereka yang menggunakan paradigma konstrutivisme, fenomenologi juga dikenal sebagai metode deskriptif kualitatif. Metode ini menitikberatkan pada menitikberatkan realitas konstruksi sosial kebenaran, menyesuaikan diri dengan asumsi ontologis pada konsep paradigma konstruktivisme. Para aktor sosial juga menilai bahwa realitas sesungguhnya bersifat relatif, disesuaikan dengan konteks spesifikasinya yang dinilai relevan atau tidak.107 Dunia intersubyektif atau bahasa lain untuk dunia kehidupan (lebenswelt) dan juga bagaimana keseharian manusia adalah hakikat lain dari fenomenologi.Ia akan fokus pada penelitian tentang

kehidupan seseorang. Termasuk pengalaman subyektif terhadap kehidupan sehari-hari.108 Rechtsanspruch auf gegestanliehkeit atau jika diartikan adalah “kita dapat mengatakan bahwa pengertian itu mempunyai objek atau gegestand”adalah metode fenomenologi yang digunakan Husserl untuk menjelaskan bahwa pengetahuan manusia memiliki objek. Karena itulah, manusia seringkali dipengaruhi oleh hal-hal gelap yang merintanginyauntuk mencapai kebenaran. Husserl juga mengistilah naturliche einstellung (manusia mempunyai pendirian yang biasa dan spontan). Contohnya adalah manusia sadar akan dunia ini karena bisa dilihat, didengar, dan bahkan diraba. Ini disebut objektif yang diperoleh dari pendirian yang biasa dan spontan.109 Kontemplasi dan berpikir dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai tingkat pengertian sempurna karena pengertian yang biasa juga mengandung unsur subyektif. Maka, bagi Husserl,agar manusia mencapai tingkat realitas yang sebenarnya, harus berani menanggalkan pendirian spontan, yang biasa tersebutdengan menyibukkan diri untuk berpiokir atau istilah Husserl, phanomenologische reduction.‘Reduksi’dalam artian ‘penyaringan’, dan ‘erlebnisse’yang memiliki arti “pengalaman kita.”Dan, setelah melalui proses, yang didapat adalah fenomena yang berwujud murni.

Manusia acapkali hanyut dan terbawa arus realitas karena faktor ketertarikan. Ini yang disebut Husserl kita selalu tertarik pada fenomena yang terjadi di luar diri kita sendiri. Pada tahap ini, pengertian yang masuk ke pikiran manusia tidaklah murni karena masih dipengaruhi oleh prasangka, dugaan dan perasaan hati lainnya yang masuk begitu saja. Maka, bagi Husserl, manusia harus melihat fenomen qua fenomen (fenomena demi fenomena) dan tidak menyimpulkan sesuatu dengan tergesa-gesa, apalagi cepat mengakuinya. Istilah lain adalah ‘einklammern’atau ‘mengurung’, dimana manusia semestinya menunda keputusan atau pikiran tertentu atas realitas yang baru muncul. Dalam konteks kalimat, contohnya adalah ketika kita sering memberi tanda merah pada kata atau kalimat yang masih sukar kita pahami. Itu dilakukan karena kita masih ingin melanjutkan pembahasan lainnya sambil terus mencari intisari dari kata atau kalimat tersebut. Husserl menyebutnya fenomenologi. Tetapi fenomenologi yang dimaksud Husserl bukanlah fenomena yang dapat diteliti dengan observasi empiris. Fenomenologi yang dimaksud Husserl adalah yang berasal dari bahasa Yunani, ‘phainomai’, yang diartikan “yang terlihat.” Bila diartikan adalah “data sejauh disadari dan sejauh masuk dalam pemahaman.” Bagi Husserl, metode fenomenologi dapat dicapai dengan tiga tahap ephoc atau reduksi terhadap objek, yakni: 1. Melakukan reduksi atas objek formal dari sesuatu yang sifatnya tidak substansial. 2. Mereduksi objek melalui jalan menghilangkan unsur subyektif, misalnya, keinginan dan

perasaan. Termasuk pandangan yang sifatnya praduga, hingga menemukan objek murni melalui reduksi eidetis. 3. Reduksi selanjutnya mengarah ke subyek atau wende zum subyekt. Ini disebut juga sebagai penampakan diri sendiri, dimana dasar kesadaran yang membentuk suatu subyek dihilangkan. Jadi, menurut Husserl yang hidup antara tahun 1859-1938 Masehi, fenomenologi adalah manusia menghilangkan seluruh unsur subyektif, seperti keinginan dan perasaan. Termasuk pandangan yang sifatnya praduga dan tekanan dari luar untuk dapat melihat sesuatu dengan objektif. Tetapi yang harus dilakukan oleh manusia adalah melakukan observasi terlebih dahulu atas hal baru yang dilihatnya. Ibaratnya seperti anak kecil yang membongkar mainan yang baru didapatkan untuk secara tidak sadar karena keingintahuan dan mempelajarinya.111 Konsep lain dari Husserl dalam mencari realitas adalah ideation, yakni membuat ide melalui langkah reduction, menyaring agar sampai pada intisarinya, hingga kita bisa melihat hakikat dari sesuatu.112

e. Metode Analitika Bahasa Setidaknya terdapat beberapa persoalan yang dihadapi oleh para filsuf analitik, seperti apakah pertimbangan yang dapat dibuat? Beberapa hal yang

  alan yang ditempuhdapat ditarik sebagai kesimpulan dari data rasa atau data pengalaman? Apakah yang dimaksud dengan arti (meaning) dan pembuktian kebenaran (verifaction)? Bagaimana kita berusaha menjelaskan bahasa dengan melalui analisa? Apakah implikasi jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan ini?113 Sejak berkembang di Yunani, pertalian antara filsafat dan bahasa sebenarnya telah menjadi perhatian para filsuf. Mereka menggunakan analisa bahasa untuk mempertanyakan dan mengetahuiberbagai problematika filsafat, misalnya, metafisika atau hakikat ada,kewajiban, kebaikan, keadilan dan kebenaran, serta hal-hal fundamental lainnya. Para ahli sejarah menyebutnya filsafat analitik yang kemudian terus berkembang di Inggris dan wilayah Eropa lainnya pada abad ke-20.114 Mereka menekankan pada kesimpulan dengan mengatakan bahwa kesimpulan yang telah terlebih dahulu dianalisa akan lebih bermakna jika disampaikan. Dalam proses penyampaiannya, maka dibutuhkan bahasa dan bahasa selalu terkait dengan menerangkan dan diterangkan atau dikenal dengan filsafat analitik. Secara etimologi kata ‘analitik’ berarti “investigatif, logis, mendalam, sistematis, tajam dan tersusun.”115 Terdapat beberapa pengertian tentang filsafat analitik secara terminologi diantaranya sebagaimana

disampaikan oleh Rudolph Carnap. Ia mendefinisikan filsafat analitik sebagai pengungkapan sistematis tentang struktur gramatikal dan aturan-aturannya atau syntax logis dari konsep dan bahasa formal.116 Filsafat analitik didefinisikan sebagai suatu aliran dalam filsafat yang berpangkal pada lingkaran Wina. Ia menolak setiap bentuk filsafat yang berbau metafisik. Filsafat analitik berusaha menyamai ilmu alam yang empirik, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksakta juga mesti dapat diterapkan pada filsafat, misalnya, dapat dibuktikan. Istilah-istilah yang dipakai harus berarti tunggal dan menolak kemungkinan adanya analogi.117 Dipelopori di Ingris dan Amerika Serikat pada abad ke-20, filsafat analitik lebih fokus pada bahasa dan berusaha menganalisa konsep, pernyataan, ungkapan kebahasaan, dan bentuk-bentuk logis lainnya untuk menemukan seseuatu yang cocok dengan fakta atau makna yang disajikan. Konstektual, linguistik dan non linguistik nyata adalah hal yang pokok bagi filsafat analitik.118Menggunakan analisa bahasa, filsafat analitik mencoba mengklarifikasi makna dari penyataan dan kosep yang ada. Sesungguhnya perhatian yang diberikan oleh para filsuf terhadap bahasa begitu besar karena analisa bahasa akan memperjelas konsep-konsep filosofis dan

kenyataan-kenyataan lainnya yang menjadi persoalan filsafat. Untuk mengatasi kecacauan bahasa, kekaburan makna dalam berbagai konsep filosofis, para tokoh filsafat analitika bahasa malah sering terlihat mengikuti terapi analitika untuk memperbaiki bahasanya dan menutupi kelemahan mereka. Ludwig Wittgenstein yang hidup antara tahun 1889-1951 Masehidianggap tokoh paling berperan dan mendominasi dalam metode analitika bahasa tokoh. Ia menemukan bahwa filsafat menjadi membingungkan karena bahasanya yang membingungkan dan kacau. Penuh dengan kerancuan. Wittgenstein yang makin penasaran akhirnya berpendapat bahwa orang tidak akan memahami ide kita, pertanyaan maupun pernyataan benar atau salah bila disampaikan dengan bahasa yang sulit dipahami. Metode analitika bahasa meminimalisir kerancuan makna kata dengan cara meneliti agar dapat menemukan bahasa yang lebih mudah dipahami,logis dan meyakinkan dengan cara menetapkan peraturan masing-masing bahasa. Wittgenstein berpendapat bahwa arti kata muncul dari pemakaiannya, sedangkan makna akan bergantung pada penggunaannya. Dimana laguage games(permainan bahasa) akan menentukan arti kata dari seluruh permainan bahasa.119 Filsafat analitis Wittgenstein adalah sebuah karya inovatif. Pemikirannya dipengaruhi oleh

memiliki perbedaanTermasuk di dalamnya ungkapan dari pola pikir manusia itu sendiri. Sedangkan logika berasal dari kata “logos” yang berarti pikiran. Bila ditinjau pengertiannya, logika adalah ilmu yang mempelajari tentang pikiran manusia dan menjelaskannnya dalam bentuk bahasa.136 Dengan berfikir, manusia akan mampu menemukan rumusan solusi dari suatu permasalahan yang ada. Tetapi berpikir harus dimulai budi rohani seseorang sehingga mampu menciptakan pengertian, penalaran, dan mengolah ingatan berdasarkan pengalaman sebelumnya untuk sebagai tanggapan atas keadaan kekinian. Bila hal itu yang dilakukan, maka manusia akan memperoleh pengetahuan atas kegiatan berfikirnya. Berpikir juga haruslah berlandaskan pada rasio yang disebut sebagai sumber pengetahuan berdasarkan penganut paham rasionalisme.137 Karena itulah, rasio menjadi tonggak awal proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan dimiliki dan dijadikan panduan oleh manusia. Semakin sering berfikir, maka akan semakin banyak pula manusia mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membentuk pola perilaku, perbuatan dan tindakan. Manusia membutuhkan logika agar dapat berfikir secara runut dan sistematis berdasarkan data dan fakta. Tetapi manusia juga membutuhkan rasio agar dapat membedakan baik dan buruk dari sesuatu hal. Logika .

yang berlandaskan akal manusia juga dianggap sebagai alat untuk mengukur kebenaran. Rasio membutuhkan pengalaman empiris untuk memperoleh pengetahuan. Para filsuf seperti Plato, Aritoteles, Rene Descartes, Spinoza, Leibzniz, dan Wolff sepakat bahwa rasio butuh bersentuhan dengan dunia nyata untuk membentuk pengalaman empiris. Seberapa banyak rasio manusia bekerja juga akan menentukan kadar pengetahuan yang didapat. Walau tidak bisa sampai pada tingkat kesempurnaan, dengan semakin seringnya rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas kehidupannya, akan semakin dekat pula manusia pada kesempurnaan. Maka, pengetahuan manusia akan ditentukan oleh kuatitas dan kualitas rasionya dalam berkerja. Untuk itu manusia memerlukan kondisi dan lingkungan positif dimana ia dapat termotivasi untuk terus berfikir dan meneliti berbagai permasalahan kehidupan. Hal itu nantinya diharapkan akan berkontribusi positif pada penyempurnaan dan kemajuan dirinya sendiri. Inilah yang disebut sebagai rasio yang terus berkembang.138 Manusia akan bisa mengembangkan sumber dayanya bila berdisiplin dalam melatih mental, sistematika, dan pola pikir sehingga mampu menghubungkan berbaga data dan fakta untuk menarik sesimpulan yang baik. Apalagi perkembangan rasionalitas manusia diketahui berbanding lurus dengan pandayagunaan unsur rohaniah

1. Spekulatif Filsafat spekulatif dianggap sebagai jalan untuk mencapai totalitas dan koherensi dari seluruh pengalaman dan upaya fikir manusia. Ini adalah metode berfikir sistematis untuk mencari tatanan kehidupan yang lebih baik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. 2. Preskriptif Preskriptif adalah mengkaji suatu perbandingan, seperti baik-buruk, benar-salah, atau cantikjelek. Hal ini nantinya akan menimbulkan proyeksi tentang sfat-sifat tersebut yang berguna untuk mendapatkan penjelasan kenapa terjadi demikian. Dengan demikian, preskriptif kemudian aka berupaya menentukan standar uji nilai, tindakan, dan apresiasi.

3. Analitis Analitis mengajarkan bahwa makna yang sudah sesuai untuk konteks tertentu tidak mungkin siterapkan dalam konteks yang lainnya. Hal ini akan menimbulkan ketidakkonsistenan makna. Karena itulah filsafat analitis sangatlah berhatihati dalam membangun sistem pemikiran. Ia lebih cenderung mencari makna kata atau

mendefinisikan pengertain-pengertian agar bisa menilai makna yang sesuai dalam konteks berbeda. Hakikat pengetahuan berada pada nilai, hidup yang baik (the good life). Sama halnya dengan filsafat yang selalu berbicara tentang hakikat manusia dan alam dunia.

 Analisis Inferensi Ciri para filsuf adalah mereka selalu berupaya dengan sunguh-sungguh untuk menemukan kebenaran hakiki (ultimate truth) yang hiharapkan dapat diraihya. Karena itulah filsafat disebut sebagai studi tentang kebijaksanaan untuk mencari dan menemukan pengetahuan. Tetapi tidaklah dapat disamakan antara pengumpul pengetahuan dengan kecintaannya seorang filsuf pada pengetahuan. Para filsuf tidak tertarik untuk menghimpun pengetahuan yang sudah didapatkan oleh orang lain, melainkan mereka lebih tertarik pada proses mencari pengetahuan yang belum ditemukan oleh orang lain. Filsuf mencintai pengetahuan kearifan, wisdom, dan hikmahnya. Dalam hal ini, ada sebuah kisah140 tentang mereka yang mengumpulkan dan mencari pengatahuan: “Coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya.”

Filsuf itu menarik napas panjang dan berpantun: Ada orang yang tahu ditahunya.

Bagaimanakah caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar? Sambung orang awam itu penuh hasrat dalam ketidaktahuannya.

 Mudah saja, jawab filsuf itu “ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.”

Maka, seorang filsuf sadar bahwa manusia harus rendah hati karena tidak semuanya akan bisa diketahuinya karena alam semesta ini yang sifatnya tidak terbatas. Ia haruslah berani mengoreksi diri dan punya keberanian untuk berterus terang bahwa ia tahu dan sejauh mana kebenaran pengetahuan yang dicarinya telah dijangkau. Karena itu, dengan berfilsafat, akan mendorong seseorang untuk terus mencari tahu apa saja yang belum diketahuinya. Metode yang sering dipraktikkan adalah untuk mencapai pengetahuan harus dmulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan.

Bagi para filsuf, berfilsafat artinya merenungkan dan berfikir secara sungguh-sungguh, mendalam, dan mendasar untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan hingga ke akar-akarnya. Dengan demikian akan ditemukan hakikat dari segala sesuatu. Berfilsafat adalah rangakaian sederhana dalam kehidupan ini. Bahkan point of view dalam kehidupan sehar-haripun, seperti menyatakan mana yang benar dan

salah, berguna dan tidak, suka atau tidak, serta cinta atau benci adalah proses dari berfilsafat.

Filsafat merupakan upaya dari proses perenungan dan pemikiran manusia dengan akal-budi dan hati-nurani tentang segala sesuatu secara kritis, rasional, spekulatif, dan sistematis. Dalam filsafat, untuk menyimpulkan (inferensi) pengetahuan yang diperoleh oleh seseorang memiliki metode khusus, yaitu: 1. Metode Induktif Induktif adalah metode untuk menyimpulkan pertanyaan-pertanyaan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pertanyaan umum. Metode induktif banyak diterapkan pada ilmu-ilmu empiris. Suatu inferensi disebut induktif ketika berawal dari pernyataan-pernyataan tunggal, misalnya, gambaran tentang hasil pengamatan dan penelitian sampai pada pernyataan-pernyataan universal.141 Dalam metode induksi, setelah diperoleh pengetahuan dari hasil pengujian suatu benda, maka pengetahuan itu dapat digunakan untuk hal lainnya. Contoh: logam kalau dipanasi akan mengembang. Bertolak dari teori ini, kita akan tahu bahwa logam lainnya jika dipanasi juga akan mengembang.Deduktif diartikan sebagai metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris harus diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtun. Hal-hal yang harus ada dalam metode ini adalah perbandingan logis antar kesimpulan. Ada penyelidikan bentuk logis teori untuk mengetahui apakah sebuah teori mempunyai sifat empiris atau ilmiah. Terdapat perbandingan dengan teori-teori lain dan ada penguji teori dan secara empiris ada kesimpulan yang bisa ditarik dari teori tersebut.142 Dalam metode deduktif pula, sebuah kata memiliki makna etimologis dan terminologi, maka harus terlebih dahulu dijelaskan makna-makna tersebut. Tetapi filsafat tidak hanya bisa didasarkan pada satu istilah. Mencari kebenaran dan merasa tidak cukup dengan kebenaran adalah tujuan akhir befilsafat. Namun, manusia harus sadar bahwa kebenaran hakiki yang bersifat mutlak dan abadi hanyalah milik Tuhan Yang Maha kuas


Yang Menikmati Dana Otsus Papua Diam, Sedangkan yang Belum Mendapatkan Dana Otsus Papua yang Berteriak Minta Merdeka

 “Yang Menikmati Dana Otsus Papua Diam, Sedangkan yang Belum Mendapatkan Dana Otsus Papua yang Berteriak Minta Merdeka” Oleh, Waniel Weth ma...