peta situs

Minggu, 15 Desember 2024

Nama Bahasa Mek Diambil Dari Air Dinamakan Oleh Prof. Dr. Wulf Schietenhovel








Jayapura, 12 Desember 2024


Nama Bahasa Mek Diambil Dari  Air

Dinamakan Oleh Prof. Dr. Wulf  Schietenhovel

 

Mek yang artinya Air/sungai dalam bahasa Mek.

Pada saat itu  didengar oleh Prof. Dr. Wulf  Schietenhovel dan dinamakan orang-orang ini dengan nama "Mek." Mek   di ambil dari Bahasa Mek sendiri.  Sehingga ditetapkan sebagai Bahasa Mek, Suku Mek, dan orang-orang Mek.

Prof. Dr. Wulf  Schietenhovel datang ke Oksibil, Pegunungan Bintang Tahun 1970-an

Tujuan datang ke Wilayah Papua New Guinea, West Papua, dan terkhusus di Oksibil Pegunungan Bintang adalah untuk meniliti tentang Antropologi Kesehatan terhadap masyarakat kulit hitam. Proyek besar dari Seewiese Jerman University.

Dalam kuliah umum di program studi pendidikan sejarah Universitas Cenderawasih Jayapura.

Pada, 11 Desember 2024.

Dengan tema pemateri: “Sejarah, Budaya dan masyarakat

Perspektif-Perspektif dari Arkeologi, Etnoarkeologi, Antropologi Sosial dan Antropologi Evolusioner

Oleh Dr. Marian Vanheren dari departemen Prasejarah CNRS Universitas Bordeaux, Prancis.  Yang menjelaskan materi tentang peninggalan benda-benda manik-manik sangat merangkul dalam ikatan sosial masyarakat dan manik-manik itu digunakan sebagai harta perkawinan adat. Dan manik-manik sangat unik serta paling manfaat bagi setiap orang dianggap benda yang paling berharga.

 Sedangkan Prof. Dr. Wulf Schietenhovel dari institut Max Planck untuk kecerdasan Biologis Starnberg-Seewiese Jerman yang menjelaskan tentang kehidupan bermasyarakat di Ok Lan/Oksibil di kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.  Pada, 12 Novemver 2024, di ruangan b FKIP-Uncen Jayapura.

 

Kita akan pahami seperti apa penjelasan pedalaman papua di oksibil oleh Prof. Dr. Wulf Schietenhovel , menjelaskan seperti apa kehidupan manusia Papua pada khususnya orang Mek?

Dulu seperti apa?

Pada zaman sebelum kedatangan modern dari dunia luar orang Ok lan,  mereka tidak tahu dunia lain, mereka hanya tahu kita saja yang hidup di dunia ini! karena tidak tahu kampung-kampung lain mengapa karena tidak bisa pergi ke kampung lain, kalau pergi ke kampung lain pasti akan di bunuh makan oleh kampung lain. Sehingga mereka ketemu dengan orang-orang  kulir putih dari Jerman

mereka bilang kami tidak tahu tempat lain sehingga kami menerima kamu walaupun kamu kulit perbedaan dengan kami disini. Katanya, Prof. Dr. Wulf Schietenhovel.

Berikut ini kita akan membahas tentang kehidupan orang Mek.

a.       Apa mata pencaharian Mereka?

 semua seorang petani, mereka punya mata pencaharian kehidupannya orang Mek bisanya bikin kebun, berburu, dan pertenakan babi.

b.      Adat/istiadat mereka?

Adat istiadat orang Mek Secara umum orang bisanya kerjasama dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai petani, salah satu adat mereka adalah tarian Danca suku Mek yang melambangkan ikatan sosial dan keharmonisan kehidupan mencakup berbagai macam jenis sumber yang unik dalam tarian Budaya Suku Mek. Bukan hanya budaya Danca tetapi juga membuat Honai dengan secara sukarela dari setiap orang datang membangun Honai ada mereka.

c.       Bahasa Daerah mereka? Bahasa Daerah mereka adalah bahasa Mek. "Yubu" yang artinya Bahasa sedang "mini" itu manusia.

Bahasa Mek banyak dialeknya dari wilayah SETIAP kampung yang ada disana.

d.      Ikatan organisasi dan tradisional orang Mek.

Mereka selalu kerja kompak dari setiap kegiatan.

Misalnya kepala suku perintah bikin kebun atau membuat Honai adat mereka datang kerja sesuai pemerintah dari kepala suku mereka.

Mereka sangat sangat paham dengan budaya lokal sehingga setiap masyarakat selalu menguasai ide/gagasan mereka untuk melakukan kegiatan itu tidak pernah bicara banyak tetapi biasanya bicara sedikit, banyak menggunakan bahasa tubuh dan/atau kode.

 

Cara bagaimana untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman ?

Membutuhkan proses untuk orang-orang Mek sekolah dan lestarikan budaya lokal mereka dan membawa pembangunan di daerah ini tidak cepat tetapi melalui tahapan yang harus dilakukan juga dengan kerjasama dengan pemerintah daerah serta mitra Yayasan untuk membangun daerah lokal pedalaman Papua. Yang benar-benar tidak tahu apa-apa bisanya menyebutnya orang "Awan" itu di kampung ini. Itu menurut perspektif/pandangan manusia modern. Tetapi secara budaya orang Mek adalah orang yang paling pintar di dunia Karena orang Mek tanpa sekolah hanya secara lisan dari moyang mereka. Mereka sudah tahu dunia seperti apa? Sehingga tidak perlu diragukan sebenarnya.

 

Simpulan

Orang-orang Mek lebih banyak sekolah supaya suatu saat mereka bisa melihat dunia lain seperti orang beraktivitas yang menyesuaikan partisipasi lingkungan hidup budaya manusia lain.



Penulis,Waniel Weth (Mahasiswa Sejarah)


Minggu, 08 Desember 2024

Mahasiswa Sejarah Kunjungan Ke Kantor BRIAN, Melihat Artefak Hasil Penelitian Balai Arkeologi Papua

Jayapura, 06 Desember 2024


Mahasiswa Sejarah Kunjungan ke Kantor BRIN,

Melihat Artefak Hasil Penelitian Balai Arkeologi Papua


Dalam Mata Kuliah Arkeologi di program studi pendidikan sejarah Universitas Cenderawasih semester I, mahasiswa angkatan 2024. Ibu dosen Clementine Fairyo, S.Sos, M.Si yang mengajarkan mata kuliah Arkeologi di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua.

Ibu Clementine rencana untuk membawah mahasiswa/i kunjungan ke kantor BRIAN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) atau biasanya menyebutnya juga BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) untuk melihat artefak hasil penelitian Balai Arkeologi Papua supaya mahasiswa memberikan gambaran umum tentang pentingnya benda-benda peninggalan masa lalu, yang menjadi sangat penting bagi setiap orang baik untuk menjadi pembelajaran maupun melestarikan budaya lokal salah satunya menyimpan benda-benda peninggalan masa lampau. Untuk supaya dapat diteruskan oleh generasi penerus bangsa.

Tujuan Menagajak Mahasiswa Sejarah

Tujuan mengajak mahasiswa sejarah pergi kunjungan ke kantor BRIAN adalah bentuk kepedulian dosen Mata Kuliah Arkeologi ibu Clementine kepada mahasiswa sejarah Universitas Cenderawasih angkatan 2024, pada semester I.

Ibu Clementine yang mengajar Mk Arkeologi mau supaya anak-anak Papua harus pahami situs, artefak, ekofak, dan fitur sebab anak-anak Papua suatu saat menjadi ahli sejarawan di atas tanahnya sendiri. Itulah adalah harapan dari ibu, sebagai dosen pengasuh mata kuliah Arkeologi kepada mahasiswa sejarah. Namun itu, ibu dosen mengajak mahasiswa ke kantor BRIA (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Kebetulan ibu dosen juga sebagai pengawai kantor Balai Arkeologi Papua. Sehingga ajak mahasiswa sejarah ke kantornya dihari jumat, 6 Desember 2024 pergi kunjungan ke kantor BRIAN/(Badan Riset dan Inovasi Nasional) adalah mahasiswa sejarah Universitas Cenderawasih angkatan 2024, pada semester I. Semua mahasiswa sejarah ke kantor BRIAN melihat artefak hasil penelitian Balai Arkeologi Papua. Alamat. Jl. Isele Waena Kota Jayapura.

Ibu Clementine dipersilahkan duduk kepada semua mahasiswa/i pada ruangan tamu di kantor BRIAN (Badan Riaet dan Inovasi Nasional) atau Balai Arkeologi Papua, Ibu Clementine memberikan Snack berupa gorengan dan air minum.


Mendapatkan Materi Secara Gratis Dari Ibu. Erlin Djami, SS, M.Si

 Setelah mahasiswa makan dan minum, selanjutnya ke ruangan rapat kantor BRIAN untuk memberikan arahan ibu Clementine dan juga memberikan kesempatan kepada ibu Erlin Djami, SS, M.Si yang merupakan pegawai kantor BRIAN untuk memberikan edukasi kepada mahasiswa sejarah, seperti apa itu ilmu Arkeologi di Papua? termasuk karya-karya di kantor ini dan bahkan seperti apa latar belakang sejarah orang Papua?.

Setiap mahasiswa sejarah anduias mendengarkan penjelasan materi terkait arkeologi, sejarah Papua dan memberikan gambaran bagaimana anak-anak Papua suatu saat bisa menjadi ahli sejarawan.

Ibu Erlin seorang pegawai kantor BRIAN yang cocok membagikan ilmu pengetahuan tentang sejarah, arkeologi termasuk artefak, ekofak, dan fitur kepada masyarakat Papua pada umunya mahasiswa sejarah di Papua. Untuk supaya termotivasi dari ibu dia dan anak-anak Papua bisa berkarya sejarah, dari benda-benda masa lampau di Papua, dapat dilestarikan secara global.

Setelah mendapatkan materi dari ibu Erlin. Ibu Clementine dipersilahkan setiap mahasiswa sejarah untuk melihat artefak, ekofak, dan fitur dan dari hasil penelitian Balai Arkeologi Papua dapat peneliti dari setiap situs-situs yang ada di wilayah Papua yang dapat disusun secara rapi. Secara umum pengertian dari situs, artefak, ekofak dan fitur adalah sebagai berikaut.

a. Situs arkeologi adalah tempat (atau kelompok situs fisik) yang menunjukkan adanya bukti kegiatan masa lalu yang diawetkan (baik prasejarah, sejarah tertulis, atau kontemporer) yang telah atau dapat diinvestigasi menggunakan disiplin ilmu arkeologi dan merupakan bagian dari yang catatan arkeolog

b. Artefak merupakan benda arkeologi atau peninggalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah, mata panah, dll).

c. Ekofak atau dikenal pula dengan nama biofak merupakan objek berupa material organik yang tidak mengalami manipulasi secara sengaja oleh manusia, yang ditemukan di situs arkeologi dan memiliki nilai arkeologis.

d. Fitur merupakan benda atau objek yang tidak dapat dipindahkan yang ditemukan pada situs arkeologis dan dapat memberikan informasi tentang aktivitas manusia yang pernah tinggal disana. Fitur menjadi indikasi bukti bahwa wilayah tempat ditemukannya benda ini pernah berhubungan dengan aktivitas manusia di masa lampau. Sumber: https://id.wikipedia.org/.com/situs,artefak,ekofak,danfitur-arkeologi

Melihat Hasil Penilitian Balai BRIAN Jayapura, Papua.

Setiap mahasiswa sejarah berjalan-jalan melihat artefak dari setiap ruangan yang ada benda-benda peinggalan masa lampau khususnya benda-benda peninggalan sejarah berupa alat-alat kebudayaan yang di gunakan oleh nenek moyang masyarakat Papua. Yang disediakan atau kumpulkan satu tempat aman oleh pegawai BRIAN Papua. Benda-beda peinggalan masa lampau yang tersimpan adalah hasil penelitian dan hasil temuan dari setiap wilayah kerja di tanah Papua.

Setelah mahasiswa melihat dan foto dengan benda-benda yang tersusun rapi oleh kantor BRIAN Jayapura, Papua. Lanjut dengan mahasiswa sejarah dipersilahkan foto bersama dengan ibu Erlin dan juga ibu Clementine. Setelah foto bersama dengan mahasiswa sejarah Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua.

Ibu Clementine mempersilahkan setiap mahasiswa pulang ke rumah masing-masing.

Mendapatkan Gamabaran Umum Tentang Ilmu Arkeologi

Setiap mahasiswa sangat senang dengan ibu dosen karena ibu Clementine bukan hanya memberikan teori saja tetapi mempraktekkan kami mahasiswa sehingga kami pun mendalami ilmu Arkeologi. Dan kami juga mengerti peninggalan benda-benda di pedalaman Papua sangat banyak tetapi karena tidak tahu kami punya orang tua, tidak pernah menyimpan benda-benda itu. Sehingga kami mahasiswa pergi ke kampung untuk memberikan edukasi supaya sama-sama menjaga sebab peinggalan masa lampau menjadi pembelajaran bagi generasi penerus maupun dilestarikan budaya lokal pada khususnya benda-benda Artefak yang menjadi inovasi bagi sumber daya alam. Yang bisa dimanfaatkan oleh teknologi industry supaya berdampak pada masyarakat.

Kesimpulan

Kami dari setiap mahasiswa sejarah Universitas Cenderawasih angkatan 2024 pada semester I Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dosen. Clementine Fairyo, S.Sos, M.Si dan terima kasih banyak kepada ibu. Erlin Djami, SS, M.Si dan juga terimakasih kepada setiap pegawai yang ada di kantor BRIAN Papua.

Saran

Kami mahasiswa sejarah keinginan besar dan harapan besar bahwa setiap dosen sama seperti ibu dosen Clementine Fairyo, S.Sos, M.Si yang sangat cocok mengajar kepada kami karena ada kepedulian kepada anak-anak Papua dan bukan hanya memberikan teori saja tetapi juga mempraktekkan kami mahasiswa sejarah Universitas Cenderawasih angkatan 2024 pada semester I. Sehingga kami mahasiswa sejarah mendalami ilmu Arkeologi.



Penulis: Waniel Weth yang merupakan mahasiswa sejarah angkatan 2024

wanielweth@gmail.com


Sabtu, 07 Desember 2024

DAMAI DI TONG PU HATI



Jayapura, 7 Desember 2024


 Tema Natal yang Anda sebutkan, "Damai di Puu Hati" dengan ayat dari Lukas 2:8-20, menggambarkan pesan damai yang dibawa oleh kelahiran Yesus. Dalam ayat ini, malaikat memberitakan kedatangan Juruselamat kepada para gembala di padang, membawa berita besar yang penuh sukacita. Momen tersebut tidak hanya tentang kelahiran seorang bayi, tetapi juga tentang kedatangan damai yang sejati bagi umat manusia.

"Firman Bertumbuh dalam Kita Punya Hati" mengarah pada gagasan bahwa melalui kelahiran Kristus, Firman Tuhan menyentuh hati manusia, menumbuhkan iman dan kedamaian dalam kehidupan setiap individu. Firman yang kita terima bukan hanya menjadi sebuah pengetahuan, tetapi sesuatu yang hidup dan bertransformasi dalam diri kita, membawa damai sejati yang dapat dirasakan dalam hati setiap orang yang percaya.

Perayaan Natal ini bisa menjadi momen untuk merenung tentang bagaimana kita membuka hati bagi kedatangan Kristus, agar Firman-Nya terus bertumbuh dan membawa damai dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagaimana gembala yang menerima berita sukacita dengan hati terbuka, kita pun diajak untuk meresponi Natal dengan hati yang siap menerima damai dari Tuhan.


wanielweth@gmail.com

Yang Menikmati Dana Otsus Papua Diam, Sedangkan yang Belum Mendapatkan Dana Otsus Papua yang Berteriak Minta Merdeka

 “Yang Menikmati Dana Otsus Papua Diam, Sedangkan yang Belum Mendapatkan Dana Otsus Papua yang Berteriak Minta Merdeka” Oleh, Waniel Weth ma...